Satu demi satu pasukan komando yang menyerbu kompleks peternakan milik David Koresh dalam Tragedi Waco tahun 1993 yang menewaskan belasan anak-anak tak berdosa itu meninggal secara misterius. Ini adalah cara untuk membungkam kebenaran peristiwa mengenaskan ini dari kemungkinan terbongkar oleh mulut-mulut anggota pasukan komando itu. Hal yang sama terjadi pada para anggota pasukan komando sEAL Team 6 yang disebut-sebut sebagai pasukan yang menyerbu dan membunuh Osama bin Laden beberapa waktu lalu.
Sebagaimana diberitakan di berbagai media massa, pada tgl 6 Agustus lalu sebuah helikopter militer Amerika jatuh di Afghanistan menewaskan 31 personil militer Amerika, 20 di antaranya anggota komando SEAL Team 6. Menurut informasi, Team 6 adalah tim paling elit dalam komando SEAL yang hanya melakukan operasi-opesi militer paling sulit dan kompleks, rahasia, dan sering harus melanggar hukum internasioal.
Keterangan resmi Amerika menyebutkan kecelakaan itu disebabkan tembakan rudal Taliban. Kejadian sebenarnya jauh dari keterangan itu, dan Amerika sangat berpengalaman dalam hal-hal seperti ini.
Telah menjadi pengetahuan luas di kalangan inteligen internasional bahwa Osama bin Laden telah meninggal jauh-jauh hari karena penyakit. Pada bulan Maret 2000 majalah Asia Week memberitakan masalah kesehatan Osama, menyebutnya menderita sakit ginjal akut yang mengancam jiwanya. Sebelum peristiwa WTC 11 September 2001, ia yang merupakan agen rahasia CIA sejak invasi Uni Sovyet atas Afghanistan tahun 1979, menjalani perawatan di rumah sakit militer Amerika di Dubai. Pada saat itu Osama dirawat oleh tim kesehatan pimpinan Dr. Terry Callaway.
Saat itu bin Laden menginap di salah satu ruang VIP Suite, menerima kunjungan keluarga dan teman-temannya dari keluarga raja-raja dan Emir Arab. Pada saat itu seorang anggota CIA yang beroperasi di Dubai mengunjungi ruangan Osama. Beberapa hari kemudian anggota CIA itu membual kepada beberapa orang tentang pertemuannya dengan Osama. Pada tgl 15 Juli 2000 atau sehari setelah Osama kembali ke Pakistan, sang agen ditarik ke Amerika.
Apa yang dikatakan Amerika tentang kematian Osama bin Laden beberapa waktu lalu sungguh menggelikan. Tidak ada bukti forensik, foto, dan mayat yang dikubur di dasar laut. Apa yang terjadi dalam drama kematian Osama bin Laden oleh serangan pasukan SEAL di Abbottabad, Pakistan merupakan bagian dari operasi inteligen psikologi terbesar paling mematikan, mahal, dan lama, "War on Terror."
Dan kini para anggota SEAL Team 6 telah meninggal. Mayat-mayat tidak akan berbicara.
Sumber:
"Inside Scoop: Shot Down Black-Op Seals Won't Be Talking Now"; Julis Sequerra; Before It's News; 7 Agustus 2011
Diposkan oleh cahyono adi
Sabtu, 13 Agustus 2011
Kamis, 11 Agustus 2011
Pendidikan Jihad ala AS
Oleh Dina Sulaeman
http://dinasulaeman.wordpress.com/2011/08/08/pendidikan-jihad-ala-as/
Dalam sebuah lokakarya nasional yang beberapa waktu lalu saya ikuti, seorang pejabat dalam presentasinya, (mungkin) secara bercanda, berkata, “Yah, biasalah kayak di kampus-kampus, hidup mati adalah jihad.” Mungkin saja dia bercanda, menyindir orang-orang kampus yang semangat keislamannya tinggi dan menjadikan hidup-matinya sebagai jihad. Tapi, apa makna kata ‘jihad’ yang dipakai si pejabat ini? Jihad dalam arti konsistensi, bersungguh-sungguh, bekerja keras menjalani hidup agar selalu di jalan yang diridhoi Allah, atau ‘jihad’ yang sering dicitrakan oleh media propaganda Barat?
Sejak peristiwa 9/11, banyak orang yang masih terus terseret arus propaganda Barat: bahwa Islam adalah sumber terorisme, bahwa ajaran jihad adalah akar dari semua kekerasan di muka bumi. Apa dan bagaimana sebenarnya konsep jihad dalam Islam, biarlah ulama yang kompeten menjelaskannya. Kali ini saya hanya ingin menginformasikan bahwa jihad ala Taliban sesungguhnya hasil ‘pendidikan’ AS. Para jihadist ala Taliban itu sesungguhnya adalah murid-murid ‘madrasah’ AS.
Dalam bukunya, “America’s War on Terrorism” (2005), Prof. Michel Chossudovsky, menguraikan data-data betapa AS-lah sesungguhnya pendidik para jihadist ala Taliban. Berikut ini beberapa kutipannya.
“AS menghabiskan milyaran dolar untuk menyuplai sekolah-sekolah di Afghanistan dengan buku-buku teks berisi gambar-gambar kekerasan dan ajaran Islam militan… Buku-buku utama yang diisi dengan diskusi tentang jihad dan gambar-gambar pistol, peluru, tentara, dan granat, telah masuk ke dalam kurikulum utama sekolah Afghanistan. Bahkan Taliban menggunakan buku-buku yang diproduksi AS.” (Washington Post, 23 March 2002)
“Iklan-iklan, dibayar dengan dana CIA, dipasang di koran-koran dan newsletters di seluruh dunia, menawarkan bujukan dan motivasi untuk bergabung dengan Jihad [Islami].” (Pervez Hoodbhoy, Peace Research, 1 May 2005)
“Bin Laden merekrut 4000 sukarelawan dari negaranya sendiri dan membangun hubungan yang dekat dengan pemimpin mujahidin yang paling radikal. Dia juga berhubungan dekat dengan CIA, … (Tapi) sejak September 11, [2001] pejabat CIA mengklaim bahwa mereka tidak memiliki hubungan langsung dengan Bin Laden.” (Phil Gasper, International Socialist Review, November-December 2001)
Berikut ini beberapa fakta penting terkait Bin Laden dan pendidikan jihad oleh AS, yang diungkapkan oleh Prof. Chossudovsky:
-Osama bin Laden, direkrut oleh CIA tahun 1979, yaitu pada masa paling awal ketika dimulainya ‘program pendidikan jihad’ oleh AS. Saat itu dia berusia 22 tahun dan dilatih di sebuah kamp gerilyawan yang disponsori CIA.
-Presiden Ronald Reagan bertemu dengan pimpinan Mujahidin di Gedung Putih tahun 1985. Pada era Reagan pula dimulai operasi rahasia untuk mendukung berkembangnya “fundamentalisme Islam”. Pelaku operasi ini pula yang berperan kunci saat peluncuran “Perang Melawan Terorisme Global” segera setelah Peristiwa 9/11. Kebijakan luar negeri era Reagan adalah mendukung “Islamic freedom fighters” (antara lain, AS mendukung Taliban -konon-untuk membebaskan Afghanistan dari penjajahan Soviet). Kini, mereka yang disebut “Islamic freedom fighters” itulah yang dilabeli sebagai “Islamic terrorists”.
- ISI (agen rahasia Pakistan) juga terlibat dalam operasi CIA ini dengan cara merekrut dan mentraining Mujahidin. Dalam era 1982 hingga 1992, terhitung 35.000 muslim dari 43 negara-negara muslim di seluruh dunia direkrut ISI untuk berjihad di Afghan. Di Pakistan juga didirikan madrasah-madrasah yang didanai Arab Saudi dengan dukungan AS, untuk “inculcating Islamic values” (menanamkan nilai-nilai Islam).
Pertanyaannya, Islamic value yang mana?
Ketika akhirnya Taliban berkuasa, dunia disodori jenis pemerintahan Islam yang mengerikan: perempuan diwajibkan mengenakan burqa, dilarang sekolah dan bekerja, perempuan lebih baik mati daripada ditangani oleh dokter laki-laki, kekayaaan arkeologi Afghan, yaitu patung Budha Bamiyan, dihancurkan, dll. Ketakutan menyebar ke seluruh dunia. Islam identik dengan kekerasan, penindasan, fanatisme buta, brutalitas, anti-toleransi.
Puncaknya adalah ketika teror 911 terjadi. Tanpa penyelidikan lebih dahulu, Bush langsung menuduh Bin Laden sebagai pelakunya, meskipun sejumlah pertanyaan penting masih belum terjawab: bagaimana sebuah kelompok ‘primitif’ dari gurun Afghanistan bisa merancang sebuah aksi teror supercanggih? Bagaimana pesawat-pesawat itu bisa lolos dari radar dan sistem pengamanan udara supercanggih AS sehingga bisa membelokkan jalur penerbangan dan menabrak WTC? Bagaimana mungkin ‘hanya’ satu pesawat bisa merontokkan sebuah gedung sangat tinggi dan sangat perkasa seperti WTC? Tidak pernah ada jawaban resmi dari AS. Jawaban yang diulang-ulang hanyalah: Al Qaeda-Taliban-Bin Laden adalah pelakunya. Jaringan ‘teroris Islam’ ada di seluruh dunia, karena itu perang melawan terorisme harus dilancarkan di seluruh dunia.
Propaganda tentang teroris Islam terus dilancarkan hingga hari ini. Baru-baru ini, ketika teror terjadi di Norwegia, dalam sekejap tudingan langsung ditujukan kepada “teroris Islam”. Tak ada kata maaf dari media-media massa Barat yang terlanjur menuduh itu, ketika akhirnya terbukti bukan orang muslim yang melakukannya.
Ironisnya, sebagian kaum muslimin pun termakan propaganda ini dan menentang keras (atau minimalnya sinis) pada segala sesuatu yang berbau pemerintahan Islam. AS pun dianggap sah-saja hadir di Afghanistan, Iran, Irak, Libya, dan di seluruh dunia Islam, untuk membebaskan masyarakatnya dari ‘ketertindasan’.
Note: tulisan saya ini pernah dimuat di IRIB
Sejak peristiwa 9/11, banyak orang yang masih terus terseret arus propaganda Barat: bahwa Islam adalah sumber terorisme, bahwa ajaran jihad adalah akar dari semua kekerasan di muka bumi. Apa dan bagaimana sebenarnya konsep jihad dalam Islam, biarlah ulama yang kompeten menjelaskannya. Kali ini saya hanya ingin menginformasikan bahwa jihad ala Taliban sesungguhnya hasil ‘pendidikan’ AS. Para jihadist ala Taliban itu sesungguhnya adalah murid-murid ‘madrasah’ AS.
Dalam bukunya, “America’s War on Terrorism” (2005), Prof. Michel Chossudovsky, menguraikan data-data betapa AS-lah sesungguhnya pendidik para jihadist ala Taliban. Berikut ini beberapa kutipannya.
“AS menghabiskan milyaran dolar untuk menyuplai sekolah-sekolah di Afghanistan dengan buku-buku teks berisi gambar-gambar kekerasan dan ajaran Islam militan… Buku-buku utama yang diisi dengan diskusi tentang jihad dan gambar-gambar pistol, peluru, tentara, dan granat, telah masuk ke dalam kurikulum utama sekolah Afghanistan. Bahkan Taliban menggunakan buku-buku yang diproduksi AS.” (Washington Post, 23 March 2002)
“Iklan-iklan, dibayar dengan dana CIA, dipasang di koran-koran dan newsletters di seluruh dunia, menawarkan bujukan dan motivasi untuk bergabung dengan Jihad [Islami].” (Pervez Hoodbhoy, Peace Research, 1 May 2005)
“Bin Laden merekrut 4000 sukarelawan dari negaranya sendiri dan membangun hubungan yang dekat dengan pemimpin mujahidin yang paling radikal. Dia juga berhubungan dekat dengan CIA, … (Tapi) sejak September 11, [2001] pejabat CIA mengklaim bahwa mereka tidak memiliki hubungan langsung dengan Bin Laden.” (Phil Gasper, International Socialist Review, November-December 2001)
Berikut ini beberapa fakta penting terkait Bin Laden dan pendidikan jihad oleh AS, yang diungkapkan oleh Prof. Chossudovsky:
-Osama bin Laden, direkrut oleh CIA tahun 1979, yaitu pada masa paling awal ketika dimulainya ‘program pendidikan jihad’ oleh AS. Saat itu dia berusia 22 tahun dan dilatih di sebuah kamp gerilyawan yang disponsori CIA.
-Presiden Ronald Reagan bertemu dengan pimpinan Mujahidin di Gedung Putih tahun 1985. Pada era Reagan pula dimulai operasi rahasia untuk mendukung berkembangnya “fundamentalisme Islam”. Pelaku operasi ini pula yang berperan kunci saat peluncuran “Perang Melawan Terorisme Global” segera setelah Peristiwa 9/11. Kebijakan luar negeri era Reagan adalah mendukung “Islamic freedom fighters” (antara lain, AS mendukung Taliban -konon-untuk membebaskan Afghanistan dari penjajahan Soviet). Kini, mereka yang disebut “Islamic freedom fighters” itulah yang dilabeli sebagai “Islamic terrorists”.
sumber: www.globalresearch.ca
-Dalam usaha pendidikan jihad ala AS ini, AS bekerjasama dengan misi Wahabi dari Arab Saudi. Taliban berarti “pelajar”; yaitu pelajar di madrasah-madrasah yang didirikan oleh Wahabi dengan dukungan CIA. Sistem pendidikan di Afghanistan sebelum penjajahan Soviet adalah pendidikan sekuler. Namun, sejak dimulainya operasi rahasia CIA dalam pengembangan fundamentalisme Islam, jumlah madrasah bertambah pesat. Pada tahun 1980, jumlah madrasah hanya 2.500, hingga kini meningkat jadi lebih dari 39.000.- ISI (agen rahasia Pakistan) juga terlibat dalam operasi CIA ini dengan cara merekrut dan mentraining Mujahidin. Dalam era 1982 hingga 1992, terhitung 35.000 muslim dari 43 negara-negara muslim di seluruh dunia direkrut ISI untuk berjihad di Afghan. Di Pakistan juga didirikan madrasah-madrasah yang didanai Arab Saudi dengan dukungan AS, untuk “inculcating Islamic values” (menanamkan nilai-nilai Islam).
Pertanyaannya, Islamic value yang mana?
Ketika akhirnya Taliban berkuasa, dunia disodori jenis pemerintahan Islam yang mengerikan: perempuan diwajibkan mengenakan burqa, dilarang sekolah dan bekerja, perempuan lebih baik mati daripada ditangani oleh dokter laki-laki, kekayaaan arkeologi Afghan, yaitu patung Budha Bamiyan, dihancurkan, dll. Ketakutan menyebar ke seluruh dunia. Islam identik dengan kekerasan, penindasan, fanatisme buta, brutalitas, anti-toleransi.
Puncaknya adalah ketika teror 911 terjadi. Tanpa penyelidikan lebih dahulu, Bush langsung menuduh Bin Laden sebagai pelakunya, meskipun sejumlah pertanyaan penting masih belum terjawab: bagaimana sebuah kelompok ‘primitif’ dari gurun Afghanistan bisa merancang sebuah aksi teror supercanggih? Bagaimana pesawat-pesawat itu bisa lolos dari radar dan sistem pengamanan udara supercanggih AS sehingga bisa membelokkan jalur penerbangan dan menabrak WTC? Bagaimana mungkin ‘hanya’ satu pesawat bisa merontokkan sebuah gedung sangat tinggi dan sangat perkasa seperti WTC? Tidak pernah ada jawaban resmi dari AS. Jawaban yang diulang-ulang hanyalah: Al Qaeda-Taliban-Bin Laden adalah pelakunya. Jaringan ‘teroris Islam’ ada di seluruh dunia, karena itu perang melawan terorisme harus dilancarkan di seluruh dunia.
Propaganda tentang teroris Islam terus dilancarkan hingga hari ini. Baru-baru ini, ketika teror terjadi di Norwegia, dalam sekejap tudingan langsung ditujukan kepada “teroris Islam”. Tak ada kata maaf dari media-media massa Barat yang terlanjur menuduh itu, ketika akhirnya terbukti bukan orang muslim yang melakukannya.
Ironisnya, sebagian kaum muslimin pun termakan propaganda ini dan menentang keras (atau minimalnya sinis) pada segala sesuatu yang berbau pemerintahan Islam. AS pun dianggap sah-saja hadir di Afghanistan, Iran, Irak, Libya, dan di seluruh dunia Islam, untuk membebaskan masyarakatnya dari ‘ketertindasan’.
Note: tulisan saya ini pernah dimuat di IRIB
http://dinasulaeman.wordpress.com/2011/08/08/pendidikan-jihad-ala-as/
Rabu, 10 Agustus 2011
Jenazah 2 Sahabat Nabi saw Utuh Setelah Ratusan Tahun Dikebumikan
JENAZAH JABIR BIN ABDULLAH AL ANSHARI ra & HUDZAIFAH AL YAMANI ra UTUH SETELAH RIBUAN TAHUN DI KEBUMIKAN
BISMILLAH
BIMUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD..
Pada tahun 1932 (atau tahun 1351H), raja Iraq yang bernama Shah Faisal I bermimpi dimana dalam mimpinya ia ditegur oleh Hudhaifah al-Yamani (salah seorang sahabat Nabi) yang berkata:
“Wahai raja! Ambillah jenazahku dan jenazah Jabir al-Ansari (juga salah seorang sahabat nabi) dari tepian sungai Tigris dan kemudian kuburkan kembali di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air; kuburan Jabir juga sedang dipenuhi oleh air.”
Mimpi yang sama terjadi berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan tetapi raja Faisal I tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa urusan-urusan kenegaraan. Pada malam ketiga Hudhaifa al-Yamani hadir dalam mimpi Mufti Besar Iraq. Hudhaifa al-Yamani berkata dalam mimpi sang Mufti itu:
“Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk memindahkan jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Beritahukanlah kepada raja agar ia mau sedikit berempati untuk memindahkan kuburan-kuburan kami.”
Lalu setelah mendiskusikan masalah ini, raja Faisal, disertai oleh Perdana Menteri dan Mufti Besar bermaksud untuk melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa Mufti Besar akan memberikan fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri akan memberikan pernyataan kepada pers supaya semua orang tahu tentang rencana besar ini. Kemudian diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan dilangsungkan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Dzhuhur dan Ashar. Kuburan kedua sahabat Nabi itu akan dibuka dan jenazahnya (atau mungkin kerangkanya) akan dipindahkan ke tempat lain.
Karena pada waktu itu sedang musim haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota Mekah. Mereka meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama beberapa hari agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri proses ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar proses ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji. Akhirnya Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya hingga tanggal 20 Dzulhijjah.
Setelah shalat Dzuhur dan Ashar, pada tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 (Hijriah) atau tahun 1932 Masehi, orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum Muslimin melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifa al-Yamani dibuka segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh Hudzaifa al-Yamani diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat segar itu dibaringkan di sebuah tandu. Kemudian Raja Faisal beserta Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah Al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.
Pemandangan yang sangat menakjubkan itu sekarang sedang dilihat oleh banyak orang laki-laki dan perempuan, muda dan tua, miskin dan kaya, Muslim dan Non-Muslim. Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap kedepan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton terperangah dan tak bisa menutup mulutnya.
Kebisuan mengharu biru ...
Mereka seolah tak percaya atas apa yang mereka saksikan pada hari itu.
Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka yang juga tampak masih utuh dan baru; juga pakaian yang mereka kenakan pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya terbaring saja.
Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan dikebumikan kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat sejati nabi lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di SALMAN PARK kurang lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad. Kejadian ajaib ini sangat mengundang kekaguman para ilmuwan, kaum filsafat, dan para dokter. Mereka yang biasanya sangat sering berkicau memberikan analisa sesuai dengan bidangnya masing-masing, kali ini tertunduk bisu terkesima dengan kejadian yang teramat langka.
Salah satu dari mereka ialah seorang ahli fisiologis dari Jerman yang kelihatan sekali sangat tertarik dengan fenomena ini. Ia sangat ingin melihat kondisi tubuh jenazah kedua sahabat nabi itu yang pernah dikuburkan selama kurang lebih 1300 tahun lamanya. Oleh karena itu, ia serta merta langsung mendatangi Mufti Besar Iraq. Sesampainya ia di tempat dimana peristiwa akbar itu terjadi, ia langsung memegang kedua tangan sang Mufti dengan eratnya sambil berkata:
“BUKTI APALAGI YANG BISA LEBIH MENGUATKAN BAHWA ISLAM ITU BENAR. AKU SEKARANG AKAN MASUK ISLAM DAN TOLONG AJARI AKU TENTANG ISLAM”
Di hadapan orang banyak beribu-ribu jumlahnya yang menyaksikan dirinya, dokter dari Jerman itu menyatakan keIslamannya. Demi melihat itu banyak orang lainnya yang beragama Kristen atau Yahudi turut juga menyatakan diri sebagai Muslim pada saat itu karena mereka telah melihat bukti yang sangat nyata dipampangkan di depan mereka. Ini bukan yang pertama dan terakhir. Masih banyak lagi kaum Nasrani dan Yahudi serta dari agama lain yang berbondong-bondong masuk Islam karena telah menyaksikan atau turut mendengar kejadian aneh nan menakjubkan.
MARILAH KITA RENUNGKAN KEMBALI KEJADIAN MENAKJUBKAN DI ATAS. KEJADIAN ITU BISA MEMBERI KITA ILHAM DAN MEMBUKA MATA KITA SEHINGGA KITA LEBIH PEKA UNTUK MENGENALI KEBENARAN.
Tulisan tersebut di atas dikutip dari sebuah suratkabar di Pakistan yang bertajuk “Daily Jung” edisi tanggal 7 Juni 1970.
Sekarang mari kita lihat 2 pribadi agung yang telah kita bicarakan pada kejadian di atas. Kita lihat siapakah mereka itu:
HUDZAIFA AL-YAMANI (RA):
Ia adalah seorang sahabat Nabi yang sangat dipercayai oleh Nabi. Ia adalah juga sahabat Imam Ali bin Abi Thalib (sudah mafhum adanya kalau ada orang yang dekat pada Rasulullah pastilah ia juga dekat dengan Imam Ali). Ia juga termasuk kedalam kelompok orang yang ikut dalam proses penguburan Bunda Fathimah Az-Zahra (Lihat: PUTRI NABI ITU DIMAKAMKAN SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI). Banyak sekali peristiwa dalam sejarah yang menunjukkan bahwa Hudzaifa al-Yamani itu adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat setia. Hudzaifa al-Yamani bersedia dipanggil oleh Rasulullah untuk berperang di dalam perang Khandaq (perang parit). Waktu itu Rasulullah menawarkan surga kepada siapapun yang berani untuk masuk ke wilayah musuh dalam tugas memata-matai kekuatan musuh. Itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya akan tetapi Hudzaifa al-Yamani bersedia melakukannya.
Hudzaifa juga dikenal orang sebagai “Si Pemegang Rahasia”, karena Rasulullah telah memberikan nama-nama dan ciri-ciri dari orang-orang yang munafik yang bermaksud untuk membunuh Nabi pada perjalanan pulang sekembalinya dari perang Tabuk. Akan tetapi Rasulullah memintanya untuk tidak membocorkan rahasia itu.
Hudzaifa al-Yamani pernah ditunjuk sebagai gubernur kota Madain (sebuah tempat di dekat kota Baghdad, Iraq) pada masa rezim Umar bin Khattab dan ia tetap menjalankan tugasnya hingga Imam Ali bin Abi Thalib ditunjuk umat untuk menjadi Khalifah sepeninggal Umar bin Khattab yang tewas di tangan seorang Yahudi. Imam Ali mengirimkan sepucuk surat kepada para penduduk kota Madain memberitahu mereka bahwa sekarang yang menjadi khalifah adalah Imam Ali sekaligus mengukuhkan posisi Hudzaifa sebagai gubernur kota Madain untuk melanjutkan tugasnya di sana. Hudzaifah al-Yamani meninggal dunia sebelum terjadi Perang Jamal (perang saudara antara para sahabat Nabi dalam dua kubu yaitu kubu Imam Ali bin Abi Thalib di satu sisi; dan kubu ‘Aisyah binti Abu Bakar di sisi lainnya) pada tahun 36H. Hudzaifa al-Yamani dikebumikan di kota Madain.
JABIR BIN ABDULLAH AL-ANSARI (RA):
Jabir bin Abdullah al-Ansari (RA) juga adalah seorang sahabat Nabi yang utama dan mulia diantara para sahabat nabi lainnya. Jabir bin Abdullah al-Ansari selalu berada di front terdepan dalam kurang lebih 18 peperangan yang ia ikuti untuk membela Islam. Jabir bin Abdullah al-Ansari diberkahi umur yang cukup panjang sehingga ia masih hidup pada jaman Imam Muhammad al-Baqir dan puteranya yaitu Imam Ja’far as-Sadiq.
Tentang Jabir, Imam Ja’far as-Sadiq pernah berkata:
“Jabir bin Abdullah al-Ansari adalah sahabat Rasulullah satu-satunya yang tersisa”
Jabir bin Abdullah al-Ansari demi mendengar bahwa Imam Husein telah syahid dibantai oleh tentara Yazid; dan sekarang para sahabat serta keluarganya yang tersisa sekarang sedang dipermalukan, ditawan dan diarak di jalanan; segera saja Jabir —yang sudah sangat renta— bergegas menuju Karbala dengan sepasukan kecil terdiri dari para sahabatnya dan pengikutnya yang setia. Sesampainya di sana Jabir hanya menemukan potongan-potongan tubuh keluarga suci Rasulullah beserta para pengikut setianya berserakan berlumuran darah. Jabir jugalah (beserta pasukan kecilnya) yang memunguti potongan tubuh itu satu persatu dan menguburkan potongan jenazah para syuhada itu di sana. Jabir bin Abdullah al-Ansari jugalah yang menjadi orang pertama yang berziarah di pemakaman Karbala dimana Para Syuhada Karbala dikebumikan dan ia jugalah yang sebelumnya melangsungkan upacara penguburan atasnya.
Dikabarkan bahwa dulu Rasulullah (saaw) pernah berwasiat kepada Jabir bin Abdullah al-Ansari bahwa ia akan hidup lama dan berusia panjang hingga akhirnya ia bisa menemui seseorang bernama Muhammad al-Baqir yang rupanya dan akhlaknya sangat mirip dengan Rasulullah (karena memang ia keturunan Rasulullah dari Bunda Fathimah az-Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib). Rasulullah meminta kepada Jabir bin Abdullah al-Ansari untuk menyampaikan salamnya (pada cicitnya itu).
Sepanjang hidupnya Jabir bin Abdullah al-Ansari tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan Imam Muhammad al-Baqir (as). Hingga akhirnya hari yang dinantikan itu datang juga. Ketika bertemu dengan orang yang dimaksud, Jabir sangat gembira sekali dan memeluk erat sang Imam sambil mengatakan bahwa Rasulullah telah menitipkan salam untuk sang Imam.
Jabir bin Abdullah al-Ansari tidak berusia lama lagi setelah pertemuan dengan Imam Muhammad al-Baqir itu. Ia sempat ditawan oleh Hajjaj bin Yusuf dan dilaporkan bahwa timah cair yang panas sekali disiramkan ke atas kedua tangan sucinya oleh penguasa kejam bernama Hajjaj bin Yusuf itu. Jabir bin Abdullah al-Ansari dilaporkan meninggal pada usia 94 tahun dan dikebumikan di kota Madain.
Marilah kita sampaikan bacaan Al-Fathihah untuk mereka berdua; kedua murid cerdas dari baginda Rasulullah yang mulia. Marilah kita mengingat selalu setiap sumbangsih dan jasanya terhadap Islam dan do’akan mereka yang terbaik dan sekaligus memohon kepada Allah agar kita bisa diberikan kekuatan untuk mengikuti jejak langkah keduanya dalam membela Islam yang benar.
ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM WABAARIK ALAA MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD WA'AJJIL FARAJA AL QA'IM MIN AALI MUHAMMAD
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=122732254488567&set=a.101485279946598.4022.100002553788530&type=1&ref=nf
BISMILLAH
BIMUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD..
Pada tahun 1932 (atau tahun 1351H), raja Iraq yang bernama Shah Faisal I bermimpi dimana dalam mimpinya ia ditegur oleh Hudhaifah al-Yamani (salah seorang sahabat Nabi) yang berkata:
“Wahai raja! Ambillah jenazahku dan jenazah Jabir al-Ansari (juga salah seorang sahabat nabi) dari tepian sungai Tigris dan kemudian kuburkan kembali di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air; kuburan Jabir juga sedang dipenuhi oleh air.”
Mimpi yang sama terjadi berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan tetapi raja Faisal I tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa urusan-urusan kenegaraan. Pada malam ketiga Hudhaifa al-Yamani hadir dalam mimpi Mufti Besar Iraq. Hudhaifa al-Yamani berkata dalam mimpi sang Mufti itu:
“Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk memindahkan jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Beritahukanlah kepada raja agar ia mau sedikit berempati untuk memindahkan kuburan-kuburan kami.”
Lalu setelah mendiskusikan masalah ini, raja Faisal, disertai oleh Perdana Menteri dan Mufti Besar bermaksud untuk melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa Mufti Besar akan memberikan fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri akan memberikan pernyataan kepada pers supaya semua orang tahu tentang rencana besar ini. Kemudian diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan dilangsungkan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Dzhuhur dan Ashar. Kuburan kedua sahabat Nabi itu akan dibuka dan jenazahnya (atau mungkin kerangkanya) akan dipindahkan ke tempat lain.
Karena pada waktu itu sedang musim haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota Mekah. Mereka meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama beberapa hari agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri proses ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar proses ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji. Akhirnya Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya hingga tanggal 20 Dzulhijjah.
Setelah shalat Dzuhur dan Ashar, pada tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 (Hijriah) atau tahun 1932 Masehi, orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum Muslimin melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifa al-Yamani dibuka segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh Hudzaifa al-Yamani diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat segar itu dibaringkan di sebuah tandu. Kemudian Raja Faisal beserta Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah Al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.
Pemandangan yang sangat menakjubkan itu sekarang sedang dilihat oleh banyak orang laki-laki dan perempuan, muda dan tua, miskin dan kaya, Muslim dan Non-Muslim. Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap kedepan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton terperangah dan tak bisa menutup mulutnya.
Kebisuan mengharu biru ...
Mereka seolah tak percaya atas apa yang mereka saksikan pada hari itu.
Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka yang juga tampak masih utuh dan baru; juga pakaian yang mereka kenakan pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya terbaring saja.
Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan dikebumikan kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat sejati nabi lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di SALMAN PARK kurang lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad. Kejadian ajaib ini sangat mengundang kekaguman para ilmuwan, kaum filsafat, dan para dokter. Mereka yang biasanya sangat sering berkicau memberikan analisa sesuai dengan bidangnya masing-masing, kali ini tertunduk bisu terkesima dengan kejadian yang teramat langka.
Salah satu dari mereka ialah seorang ahli fisiologis dari Jerman yang kelihatan sekali sangat tertarik dengan fenomena ini. Ia sangat ingin melihat kondisi tubuh jenazah kedua sahabat nabi itu yang pernah dikuburkan selama kurang lebih 1300 tahun lamanya. Oleh karena itu, ia serta merta langsung mendatangi Mufti Besar Iraq. Sesampainya ia di tempat dimana peristiwa akbar itu terjadi, ia langsung memegang kedua tangan sang Mufti dengan eratnya sambil berkata:
“BUKTI APALAGI YANG BISA LEBIH MENGUATKAN BAHWA ISLAM ITU BENAR. AKU SEKARANG AKAN MASUK ISLAM DAN TOLONG AJARI AKU TENTANG ISLAM”
Di hadapan orang banyak beribu-ribu jumlahnya yang menyaksikan dirinya, dokter dari Jerman itu menyatakan keIslamannya. Demi melihat itu banyak orang lainnya yang beragama Kristen atau Yahudi turut juga menyatakan diri sebagai Muslim pada saat itu karena mereka telah melihat bukti yang sangat nyata dipampangkan di depan mereka. Ini bukan yang pertama dan terakhir. Masih banyak lagi kaum Nasrani dan Yahudi serta dari agama lain yang berbondong-bondong masuk Islam karena telah menyaksikan atau turut mendengar kejadian aneh nan menakjubkan.
MARILAH KITA RENUNGKAN KEMBALI KEJADIAN MENAKJUBKAN DI ATAS. KEJADIAN ITU BISA MEMBERI KITA ILHAM DAN MEMBUKA MATA KITA SEHINGGA KITA LEBIH PEKA UNTUK MENGENALI KEBENARAN.
Tulisan tersebut di atas dikutip dari sebuah suratkabar di Pakistan yang bertajuk “Daily Jung” edisi tanggal 7 Juni 1970.
Sekarang mari kita lihat 2 pribadi agung yang telah kita bicarakan pada kejadian di atas. Kita lihat siapakah mereka itu:
HUDZAIFA AL-YAMANI (RA):
Ia adalah seorang sahabat Nabi yang sangat dipercayai oleh Nabi. Ia adalah juga sahabat Imam Ali bin Abi Thalib (sudah mafhum adanya kalau ada orang yang dekat pada Rasulullah pastilah ia juga dekat dengan Imam Ali). Ia juga termasuk kedalam kelompok orang yang ikut dalam proses penguburan Bunda Fathimah Az-Zahra (Lihat: PUTRI NABI ITU DIMAKAMKAN SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI). Banyak sekali peristiwa dalam sejarah yang menunjukkan bahwa Hudzaifa al-Yamani itu adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat setia. Hudzaifa al-Yamani bersedia dipanggil oleh Rasulullah untuk berperang di dalam perang Khandaq (perang parit). Waktu itu Rasulullah menawarkan surga kepada siapapun yang berani untuk masuk ke wilayah musuh dalam tugas memata-matai kekuatan musuh. Itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya akan tetapi Hudzaifa al-Yamani bersedia melakukannya.
Hudzaifa juga dikenal orang sebagai “Si Pemegang Rahasia”, karena Rasulullah telah memberikan nama-nama dan ciri-ciri dari orang-orang yang munafik yang bermaksud untuk membunuh Nabi pada perjalanan pulang sekembalinya dari perang Tabuk. Akan tetapi Rasulullah memintanya untuk tidak membocorkan rahasia itu.
Hudzaifa al-Yamani pernah ditunjuk sebagai gubernur kota Madain (sebuah tempat di dekat kota Baghdad, Iraq) pada masa rezim Umar bin Khattab dan ia tetap menjalankan tugasnya hingga Imam Ali bin Abi Thalib ditunjuk umat untuk menjadi Khalifah sepeninggal Umar bin Khattab yang tewas di tangan seorang Yahudi. Imam Ali mengirimkan sepucuk surat kepada para penduduk kota Madain memberitahu mereka bahwa sekarang yang menjadi khalifah adalah Imam Ali sekaligus mengukuhkan posisi Hudzaifa sebagai gubernur kota Madain untuk melanjutkan tugasnya di sana. Hudzaifah al-Yamani meninggal dunia sebelum terjadi Perang Jamal (perang saudara antara para sahabat Nabi dalam dua kubu yaitu kubu Imam Ali bin Abi Thalib di satu sisi; dan kubu ‘Aisyah binti Abu Bakar di sisi lainnya) pada tahun 36H. Hudzaifa al-Yamani dikebumikan di kota Madain.
JABIR BIN ABDULLAH AL-ANSARI (RA):
Jabir bin Abdullah al-Ansari (RA) juga adalah seorang sahabat Nabi yang utama dan mulia diantara para sahabat nabi lainnya. Jabir bin Abdullah al-Ansari selalu berada di front terdepan dalam kurang lebih 18 peperangan yang ia ikuti untuk membela Islam. Jabir bin Abdullah al-Ansari diberkahi umur yang cukup panjang sehingga ia masih hidup pada jaman Imam Muhammad al-Baqir dan puteranya yaitu Imam Ja’far as-Sadiq.
Tentang Jabir, Imam Ja’far as-Sadiq pernah berkata:
“Jabir bin Abdullah al-Ansari adalah sahabat Rasulullah satu-satunya yang tersisa”
Jabir bin Abdullah al-Ansari demi mendengar bahwa Imam Husein telah syahid dibantai oleh tentara Yazid; dan sekarang para sahabat serta keluarganya yang tersisa sekarang sedang dipermalukan, ditawan dan diarak di jalanan; segera saja Jabir —yang sudah sangat renta— bergegas menuju Karbala dengan sepasukan kecil terdiri dari para sahabatnya dan pengikutnya yang setia. Sesampainya di sana Jabir hanya menemukan potongan-potongan tubuh keluarga suci Rasulullah beserta para pengikut setianya berserakan berlumuran darah. Jabir jugalah (beserta pasukan kecilnya) yang memunguti potongan tubuh itu satu persatu dan menguburkan potongan jenazah para syuhada itu di sana. Jabir bin Abdullah al-Ansari jugalah yang menjadi orang pertama yang berziarah di pemakaman Karbala dimana Para Syuhada Karbala dikebumikan dan ia jugalah yang sebelumnya melangsungkan upacara penguburan atasnya.
Dikabarkan bahwa dulu Rasulullah (saaw) pernah berwasiat kepada Jabir bin Abdullah al-Ansari bahwa ia akan hidup lama dan berusia panjang hingga akhirnya ia bisa menemui seseorang bernama Muhammad al-Baqir yang rupanya dan akhlaknya sangat mirip dengan Rasulullah (karena memang ia keturunan Rasulullah dari Bunda Fathimah az-Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib). Rasulullah meminta kepada Jabir bin Abdullah al-Ansari untuk menyampaikan salamnya (pada cicitnya itu).
Sepanjang hidupnya Jabir bin Abdullah al-Ansari tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan Imam Muhammad al-Baqir (as). Hingga akhirnya hari yang dinantikan itu datang juga. Ketika bertemu dengan orang yang dimaksud, Jabir sangat gembira sekali dan memeluk erat sang Imam sambil mengatakan bahwa Rasulullah telah menitipkan salam untuk sang Imam.
Jabir bin Abdullah al-Ansari tidak berusia lama lagi setelah pertemuan dengan Imam Muhammad al-Baqir itu. Ia sempat ditawan oleh Hajjaj bin Yusuf dan dilaporkan bahwa timah cair yang panas sekali disiramkan ke atas kedua tangan sucinya oleh penguasa kejam bernama Hajjaj bin Yusuf itu. Jabir bin Abdullah al-Ansari dilaporkan meninggal pada usia 94 tahun dan dikebumikan di kota Madain.
Marilah kita sampaikan bacaan Al-Fathihah untuk mereka berdua; kedua murid cerdas dari baginda Rasulullah yang mulia. Marilah kita mengingat selalu setiap sumbangsih dan jasanya terhadap Islam dan do’akan mereka yang terbaik dan sekaligus memohon kepada Allah agar kita bisa diberikan kekuatan untuk mengikuti jejak langkah keduanya dalam membela Islam yang benar.
ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM WABAARIK ALAA MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD WA'AJJIL FARAJA AL QA'IM MIN AALI MUHAMMAD
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=122732254488567&set=a.101485279946598.4022.100002553788530&type=1&ref=nf
Langganan:
Postingan (Atom)