Belakang ini isu Ahmadiyah ramai dibicarakan. mulai dari SKB Ahmadiyah sampe pembubaran Ahmadiyah. Di sini kita coba cari pokok masalah dari Ahmadiyah, mengapa ia berbeda dengan mayoritas muslim lainnya. Menurut aku dari berbagai pemberitaan, sebenarnya kalo menelisik lebih dalam sebenarnya perbedaan kita (mayoritas muslim) dengan Ahmadiyah hanyalah dari segi penafsiran. Penafsiran tentang apa? inilah salah satu konsep Islam yang banyak mengalami perbedaan, perselisihan dan perpecahan kaum muslim, yaitu konsep al-Mahdi. Suatu nubuat bahwa akan datang juru selamat pada akhir zaman (bersamaan dengan konsep turunnya Isa as) nanti yang akan membawa umat Islam ini ke arah kemenangan. Konon konsep seperti al-Mahdi ini juga dimiliki agama-agama lain dengan perbedaan-perbedaan nama.
Dari sudut pandang Sunni, konsep al-Mahdi ini berasal dari puluhan bahkan lebih dari seratus hadith dari sahih Bukhari, kitab tarikh sampe kitab-kitab sufi, baik yang shahih maupun maudhu. Sedang dalam Syiah konsep al-Mahdi ini mempunyai dukungan ratusan hadits.
Konsep al-Mahdi ini merupakan lahan subur bagi oknum-oknum semenjak perselisihan, perpecahan serta kemunduran kaum muslim, untuk mengaku sebagai al-mahdi. Mengapa ini menjadi lahan subur? pertama karena banyaknya redaksi hadith yang saling tumpang tindih, serta perbedaan akal umat Islam dalam memahami, menafsirkan hadits-hadits tersebut. Mulai dari siapa namanya; siapa nama bapaknya; keturunan Nabi saw dari jurusan mana? Hasan as, Husain as atau paman Nabi, Abbas; apakah al-Mahdi sama dengan Nabi Isa as; dari bangsa Ajam atau Arab; serta puluhan ciri lainnya, bahkan disebutkan al-Mahdi mempunyai ciri tahi lalat di pipi kanan. (bagi yang punya tahi lalat di pipi kanan, jangan ngaku-ngaku sebagai al-Mahdi jika belum mempunyai ciri-ciri lainnya. he..he.. he..)
Dalam hal ini setidaknya kaum muslim terbagi menjadi tiga golongan:
1. Menyakini adanya al-Mahdi. Seperti yang dianut kebanyakan ulama klasik misal Ibn Hajar al-Haitami, Ibn Kasir, Bukhari, Muslim, al-Kindi, Jalaludin al-Suyuti, Imam al-Ramli, Muhyiddin ibn Arabi, Habib Alwi al-Hadad, Abdul Wahhab al-Sya’rani. bahkan kelima orang terakhir diatas menyakini bahwa al-Mahdi telah lahir ke dunia, meski belum muncul ke permukaan.
2. Menolak kemunculan al-Mahdi. ini dianut oleh pendukung Ibn Taymiyah serta mayoritas Wahabi, dan ulama-ulama modern, seperti Hamka, al-Maududi, Mahmud Syaltut, Rasyid Ridha, dan Muhammad Abduh. bahkan ketiga nama terakhir juga tidak mempercayai turunnya Nabi Isa as akhir zaman nanti dan menganggapnya sudah wafat. Pendapat tentang kewafatan Nabi Isa as juga dianut oleh Ahmadiyah dengan mengklaim berdasarkan penelitian bahwa makam Nabi Isa as berada di Kashmir, India.
3. Tawaquf, yang dianut Imam al-Qurtubi.
Karena perbedaan penafsiran inilah, Sunni tidak memasukkan keyakinan akan datangnya al-Mahdi dan turunnya Nabi Isa as sebagai pokok iman agama Islam, berbeda dengan Syiah 12 yang memasukkan dalam konsep pokok keimanan mereka, karena al-Mahdi tersebut merupakan bagian dari imamah.
Orang-orang yang mengaku sebagai al-Mahdi, tidaklah dihukumi kafir atau murtad. Ibnu Hajar al-Haitami sendiri ketika ditanya tentang orang-orang yang mengaku sebagai al-Mahdi ia hanya dengan mengucapkan, batil, sesat yang keji, dan bodoh.
Semenjak kemunduran Islam, umat Islam awam yang percaya kedatangan al-Mahdi sebagai juru selamat, rentan dan akan mudah percaya munculnya al-Mahdi di sekitar mereka. Ini dilihat dari berbagai macam aliran, sempalan yang muncul dengan dasar konsep al-Mahdi di berbagai dunia Islam. Salah satunya, Ahmadiyah yang mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad (entah apakah ia sendiri yang mengaku sebagai al-Mahdi dan Isa as ataukah para pengikutnya yang mengkultuskannya, karena ada dua golongan Ahmadiyah; 1. Ahmadiyah Qadian dengan Mirza Ghulam yang diakui sebagai Nabi dan al-Mahdi; 2. Ahmadiyah Lahore dengan Mirza Ghulam yang diakui sebagai mursyid atau mujaddid.
Golongan pertama, di Indonesia biasa disebut JAI (Jamaah Ahmadiyah Indonesia) adalah yang mengakui Mirza Ghulam sebagai al-Mahdi serta Nabi Isa as yang dijanjikan dalam Hadits-hadits. Mereka mengakui adanya Nabi Muhammad saw sebagai Nabi namun mengikuti ajaran Mirza Ghulam karena ia sebagai al-Mahdi, Nabi Isa as yang dijanjikan itu, karena mengikuti perintah hadits Nabi saw untuk mengikuti al-Mahdi apabila telah muncul. Bahkan dalam kitab Tadzkirah, dituliskan yang intinya bahwa siapa yang tidak mengikuti ajarannya (Ahmadiyah) ia adalah kafir, ini juga merujuk pada hadits Nabi saw dengan inti yang sama yaitu apabila datang al-Mahdi maka ikutilah dia/ baiatlah dia, jika tidak kau adalah kafir, bahkan disebutkan juga kata "walaupun kau harus datang merangkak di atas salju" yang menunjukkan betapa pentingnya mengikuti Imam al-Mahdi.
Sekarang, dengan sudut pandang ini bagaimana kita sebagai umat Islam menyikapi ajaran Ahmadiyah? berijtihadlah dan jangan anarkis....... (semoga Tuhan Yang Maha Pengasih Penyayang tidak membakar kita di neraka apabila ijtihad kita salah, dan memperluas istana kita di surga apabila kita benar).
WA ALLAH A'LAM
Inilah satu pandangan yagn sangat FAIR yang ditulis oleh umat islam. Mudah-mudahan walaupun tidak setuju dengan ahamdiyah anda tidak akan bosan-bosannya menyuarakan keadilan terhadap kelompok islam yang berbeda penafsiran. Peace be with you, my Allah guide you as well.
BalasHapus