"Ingin meningkatkan traffic pengunjung dan popularity web anda secara cepat dan tak terbatas...? ...Serahkan pada saya..., Saya akan melakukannya untuk anda GRATIS...! ...Klik disini-1 dan disini-2"

Selasa, 08 September 2009

Menyerap Berkah Dari Para Nabi dan Orang Saleh


Di zaman ini, yang hampir dapat dipastikan rasio atau akal dianggap berperan penting dalam kehidupan bagi sebagian manusia, amalan memohon doa; meminum sisa air minum orang saleh; berziarah; menyentuh, mencium dan mengambil tanah makam orang saleh mungkin dianggap oleh sebagian umat sebagai perbuatan menjijikkan, tidak bersih, perbuatan mistis orang-orang udik dan sebagainya. Mereka, terutama kelompok yang cenderung ke wahabi, salafi atau semacamnya dengan gencar mencoba meluruskan "tauhid" orang-orang yang melakukan amalan tersebut dengan berbagai cara, bahkan sebagian mereka berani mengubah kitab-kitab para ulama terdahulu. Mereka jugA menganggap semua perbuatan tersebut adalah bagian bid'ah, takhayyul, khurafat, yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya.

Namun, jika diteliti secara mendalam dalam kitab-kitab hadis, tarikh, dsb dapat disimpulkan bahwa perilaku orang-orang semacam ini, yang sering dipandang sebelah mata, adalah tradisi turun menurun para nabi dan umat beragama, semenjak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw hingga sekarang ini. Banyak bukti, riwayat yang menunjukkan kebolehan 'ngalap berkah' dari para nabi dan orang-orang saleh dalam ajaran Islam. Sudah tak terhitung banyak sahabat yang bertabarruk dari Nabi Muhammad saw, mulai dari minum dari gelas yang pernah dipakai Nabi saw; tabarruk kepada jasad, rambut, bahkan keringat Nabi saw; tabarruk kepada air bekas wudhu Nabi saw; tabarruk kepada barang-barang yang pernah disentuh tangan dan mulut Nabi saw; tabarruk kepada tongkat, pakaian dan cincin Nabi saw; tabarruk kepada mimbar dan pusara Nabi saw; tabarruk kepada tempat shalat nabi saw. Demikian juga selanjutnya, banyak umat sesudahnya menyerap berkah dari para sahabat dan orang-orang saleh di sekitarnya.

Mungkin kisah di bawah ini dapat meyakinkan kita semua tentang bolehnya bertabarruk kepada para nabi dan orang-orang saleh. Abu Said bin al-A'la bercerita: Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal ditanya perihal mencium kuburan Nabi Muhammad saw dan mimbarnya. 'Tidak Mengapa', jawabnya. informasi ini kemudian aku sampaikan kepada al-Taqi Ibn Taymiyyah (dianggap sebaga gembongnya Wahabi, salafi). ia merasa heran, seolah-olah tidak percaya, 'Aku tidak percaya, Imam Ahmad yang aku kenal tidak mungkin berbicara demikian, benarkah itu ucapannya? atau jangan-jangan hanya menafsirkan saja?', kata dia. Aku berkata: 'Mengapa heran, Imam Ahmad sendiri pernah bercerita bahwa dia mencuci baju gamis Imam Syafi'i, lalu air bekas cuciannya dia minum".

Semoga kita semua bukan termasuk orang-orang yang sulit menerima kebenaran. Amin.

2 komentar:

  1. Artikel yg aneh... Drmana sumber ceritanya klo imam ahmad prnah minum air cucian gamis imam syafi'i?? Klopun bnar, blom bisa djadikan panutan mnirunya, coz baru seorang ulama yg melakukannya..

    BalasHapus
  2. Liat di http://salafytobat.wordpress.com/2008/12/11/bab-9-washithah-tawassul-dan-tabarruk/

    BalasHapus