Umumnya, pertanyaan seperti ini dikemukakan oleh masyarakat umum. Allah Swt. tidak memiliki ruang dan tempat, lalu mengapa ketika memanjatkan doa sambil mengarahkan mata ke langit dan menengadahkan tangan ke atas sana? Memangnya—al’iyâdzubillah—Tuhan bersemayam di langit?
Pertanyaan ini juga pernah bergulir pada masa para Imam Maksum As Hisyam bin Hakam berkata, “Seorang kafir zindiq datang kepada Imam Ash-Shadiq As dan bertanya ihwal ayat ‘ar-Rahmân ‘ala al-‘arsyi-stawa.’
Imam dalam menjelaskan ayat ini berkata, “Allah tidak memerlukan sedikit pun kepada ruang dan makhluk. Justru seluruh makhluk bergantung kepada-Nya.”
Si kafir zindiq bertanya kembali, “Lalu apa bedanya ketika berdoa; Anda menengadahkan tangan ke langit atau menurunkan tangan Anda ke bumi?”
Beliau barkata, “Masalah ini dalam ilmu dan kekuasan Tuhan adalah sama saja. Akan tetapi, Allah Swt. memberikan tuntutan kepada para kekasih dan hamba-Nya untuk menengadahkan tangan mereka ke langit, ke arah ‘Arsy Ilahi. Sebab, sumber rezeki berada di sana. Kami akan buktikan hal ini dengan apa yang ditegaskan oleh Al-Qur’an dan Nabi Saw. Beliau bersabda, ‘Tengadahkan tangan-tanganmu kepada Allah.’ Dan sabda ini disepakati oleh seluruh umat.’”[1]
Dalam hadis yang lain diriwayatkan dari Imam Amirul Mukminin Ali As, dalam kitab Al-Khishâl, “Ketika salah seorang dari Kamu telah menunaikan shalat, tengadahkanlah tanganmu ke langit dan sibukkan dirimu dengan berdoa.”
Seseorang berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Bukankah Tuhan ada di mana saja?”
Imam bersabda, “Benar! Ia berada di mana saja.”
Orang itu berkata lagi, “Lalu mengapa para hamba menengadahkan tangan mereka ke langit?”
Imam berkata, “Apakah engkau tidak membaca (dalam Al-Qur’an), ‘Rezeki Kamu berada di langit dan apa saja yang dijanjikan kepadamu?’ Dengan demikian, dari manakah manusia mencari rezeki kecuali dari tempatnya. Tempat rezeki dan janji Tuhan bersemayam di langit.[2]
berdasarkan riwayat ini, umumnya rezeki seluruh manusia berasal dari langit; hujan yang memberikan kehidupan bumi yang mati tercurahkan dari langit, cahaya mentari yang menjadi sumber kehidupan bersinar dari langit, dan udara yang menjadi penyebab kehidupan berada di langit. Langit dikenal sebagai sumber berkah dan rezeki Ilahi. Dan ketika berdoa, memohon kepada Sang Pencipta dan Pemilik rezeki, perhatian kita hendaknya tertuju ke langit supaya masalah yang sedang kita hadapi terpecahkan.
Dalam sebagaian riwayat disebutkan filsafat lain di balik berdoa ke arah langit, yaitu untuk menunjukkan kerendahan dan kehinaan di haribaan Tuhan, dimana manusia ketika hendak menunjukkan kerendahan atau penyerahan diri di hadapan seseorang atau sesuatu, mereka mengangkat tangannya ke atas.[3] [www.wisdoms4all.com/ind]
[1] Bihâr al-Anwâr, jilid 3, hal. 330; Tauhid ash-Shaduq, hal. 248, hadis ke-1, bab ke-36; bab ar-Radd ‘alâ ats-Tsanawiyah wa az-Zanâdiqah.
[2] Bihâr al-Anwâr, jilid 90, hal. 308, hadis ke-7. Hadis yang dinukil di atas terdapat juga pada Nûr ats-Tsaqalain, jilid 5, hal. 124 dan 125.
[3] Tafsir Payâm-e Qur’ân, jilid 4, hal. 270.
Source: http://www.wisdoms4all.com/ind/?p=141
posting yang bagussss
BalasHapus