Dari: The Crucifixion of Mel Gibson
James Edwards
Occidental Observer, 12 Juli 2010
“Kau membuatku malu dengan tingkahmu yang seperti pelacur murahan. Jika karena itu kau diperkosa oleh segerombolan negro, itu sepenuhnya adalah kesalahanmu sendiri.”
Rekaman pembicaraan antara aktor Mel Gibson dengan mantan pacarnya, Oksana Grigorieva itu beredar luas di media massa setelah dengan sengaja diedarkan oleh Oksana (tentunya Oksana juga sengaja telah merekamnya terlebih dahulu). Publik pun dibuat gempar karenanya, terlebih karena berita tentang “pertengkaran rumah tangga” tersebut telah dikemas sedemikian rupa oleh media massa. Opini publik pun terbentuk: Mel Gibson telah bertindak kasar kepada pacarnya dan harus dihukum berat.
Dan memang karena berita itu Mel Gibson mendapatkan hukumannya. Ia kini telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penganiayaan, pelecehan, sekaligus kejahatan kebencian (hate crime) yang biasa dikenakan dalam kasus penghinaan sara (suku, agama, ras) dengan ancaman hukuman badan yang berat. Tidak hanya itu, ia juga mengalami hukuman yang tidak kalah menyakitkan, yaitu berakhirnya kariernya yang cemerlang sebagai aktor dan sutradara film. Ini terjadi setelah William Morris Endeavor Agency, sebuah perusahaan agensi terkenal yang selama ini bekerjasama dengan Mel Gibson, telah memutuskan kontraknya dengan Mel Gibson.
Yang terjadi sebenarnya bukan kasus kekerasan, atau pelecehan sebagaimana ditulis media massa. Kasus yang kini melilit Mel Gibson adalah sebuah konspirasi untuk menjatuhkan Mel Gibson karena Mel Gibson “memang harus mendapatkannya”.
Mel Gibson dianggap telah bertindak “terlalu jauh”. Ia pernah “meracau” tentang “orang-orang yahudi yang berada di balik semua peperangan di seluruh dunia. Mel Gibson juga menolak untuk mengecam ayahnya, Hutton Gibson, yang mengungkapkan pandangannya yang berbeda tentang Perang Dunia II. Namun kesalahan terbesar Mel Gibson adalah karena telah membuat film “The Passion of the Christ” pada tahun 2004 lalu.
Tentang pernyataan Mel Gibson bahwa orang-orang yahudi berada di balik semua peperangan, ada baiknya kita kutip sebuah artikel di media terbesar Israel Jerussalem Post sbb:
In the course of the past year, a new belief has emerged in the town: the belief in war against Iraq. That ardent faith was disseminated by a small group of 25 or 30 neoconservatives, almost all of them Jewish, almost all of them intellectuals (a partial list: Richard Perle, Paul Wolfowitz, Douglas Feith, William Kristol, Eliot Abrams, Charles Krauthammer), people who are mutual friends…
Media massa Israel bangga bahwa orang-orang sebangsanya bisa “mengendalikan” Amerika hingga rela berkubang darah di Afghanistan dan Irak. Namun ketika Mel Gibson meneriakkan hal yang sama, ia dikecem sebagai anti-Semite. Saya (blogger) masih ingat bagaimana dalam acara pembukaan Academy Award tahun 2005, oleh host acara, Mel Gibson disamakan dengan Osama bin Laden.
Namun tidak ada yang lebih dibenci oleh orang-orang yahudi daripada saat Mel Gibson membuat film The Passion of the Christ karena telah dengan lancang menggambarkan kekejaman orang-orang yahudi menyalib Yesus Kristus. Orang-orang yahudi segera menyatakan perang kepada Mel Gibson setelah ia mengumumkan proyek film tersebut. Setelah gagal menghentikan proyek film tersebut, mereka berusaha memblokirnya dari peredaran. Dengan pengaruhnya, mereka memaksa kepolisian New York untuk mengirimkan 20 polisi untuk menghadiri acara pemutaran perdana film tersebut di New York.
Berikut adalah cuplikan berita tentang hal tersebut di New York Post:
‘Hate' Cops Go See Mel MovieE
By Larry Celona and William Neuman
March 2, 2004 — The cops at the NYPD’s Hate Crimes Unit are passionate about their work – and they’ve all been told to watch Mel Gibson’s controversial new movie about the last hours of Jesus.
Some Jewish leaders and Christian scholars charge the movie, “The Passion of the Christ,” could lead to an upsurge in anti-Semitism because of the way it portrays Jews and their role in Jesus’ death.
Aware of those concerns, the Hate Crimes Unit supervisor, Inspector Dennis Blackman, ordered the 20 detectives under his command to see the film after it opened last week. One NY elected official who’s tight with the Hollywood crowd used the power of his political office to intimidate studios into refusing to have anything to do with the movie:
In 2003, Hikind and a group of supporters protested Mel Gibson’s film The Passion of the Christ. He led about 50 Jewish leaders and supporters to the Fox News Corp. offices in Manhattan in a demonstration, chanting “The Passion is a lethal weapon against Jews.” Hikind was vocal in his anger against the movie, saying: “It will result in anti-Semitism and bigotry. It really takes us back to the Dark Ages … the Inquisition, the Crusades, all for the so-called sin of the Crucifixion of Jesus.” After a News Corp. spokesman announced that they had passed on the film, Hikind warned other movie companies that they too should not distribute the film.
Sementara itu sekelompok warga yahudi lainnya mengajukan tuntutan kepada Jaksa Agung untuk melakukan tindakan hukum terhadap Mel Gibson karena film The Passion … dengan membuat petisi yang isinya sbb:
Gibson’s “The Passion” in Violation of Hate Crime Statutes
Mel Gibson’s “The Passion of the Christ,” through purposeful rewriting of the Christian Gospel mythos has, itself, become an anti-Semitic diatribe which, since it’s February 25, 2004 release resulted in hate crimes against Jews, Synagogues and Jewish Cemeteries in cities throughout the US. Mel Gibson’s unbiblical and a-historical account of the “crucifixion” story has taken Hutton Gibson’s claims that the Holocaust is “fiction,” even one step further.
Just as Adolf Hitler described the 300th anniversary performance of the Oberammergau Passion Play as “a convincing portrayal of the menace of Jewry” in 1934, Gibson and Writer/producer Tom Fontana’s 2004 use of extreme graphic and excessive violence set up and perpetrated at the urging of “the Jews” in their portrayal displays a clear prejudicial bent against the Jewish faith.
United State law defines “bias related” or “hate crime” to mean a “designated act that demonstrates an accused’s prejudice based on the actual or perceived race, color, religion, national origin, sex, age, marital status, personal appearance, sexual orientation, family responsibility, physical handicap, matriculation, or political affiliation of a victim of the subject designated act.” Depending on the state, criminal and / or civil laws may apply, as well as recently enacted Federal statutes.
We implore US Attorney General John Ashcroft and the US Department of Justice to evaluate the anti-Semitism clearly presented in Gibson and Fontana’s portrayal, and ask that civil, criminal, and Federal hate-crime laws, as appropriate, be utilized not only against the perpetrators involved in each and every act which it has encouraged, but against the directors, producers, and screen writers responsible for the work itself.”
Tentang kata-kata kasar yang diekspresikan Mel Gibson kepada mantan pacarnya itu, adalah sebuah tuduhan yang menggelikan. Itu adalah percakapan pribadi dan bukan urusan siapa pun. Lalu bagaimana dengan tindakan pacar genit Mel Gibson yang telah merekam pembicaraan itu tanpa sepengetahuan Mel Gibson dan menyebarkannya ke publik? Coba bandingkan dengan ekspresi rasis Bill Clinton kepada senator Ted Kennedy setelah yang terakhir ini menolak mendukung Hillary Clinton dalam persaingannya melawan Barack Obama memperebutkan kursi presiden. Tentang Obama, Bill Clinton berkata: “beberapa tahun yang lalu orang seperti dia masih harus melayani kita membuat kopi.” Bill Clinton tidak bermasalah karena tidak pernah membuat film seperti The Passion ….
Ari Emanuel, pimpinan William Morris Endeavor Agency (WMEA), berdalih bahwa Mel Gibson telah berkata kasar: “we can’t represent a guy who said the naughty word.” Benarkah? Lalu bagaimana dengan sederetan artis dan penyanyi WMEA yang biasa berkata kasar, bahkan dalam karya-karyanya sekalipun. Puff Diddy, Kanye West, Snoop Dogg, Mary J. Blige, 50 Cent, dan banyak artis rap lainnya adalah mereka yang lebih banyak berkata kasar daripada perkataan wajar. Namun Ari tidak bermasalah dengan mereka.
WMEA juga menjadi agen aktor penyanyi Ice Cube. Ice menjadi terkenal saat bergabung dengan group rap tahun 1990-an Niggaz With Attidude, yang menyanyikan lagu seperti “Fuck Tha Police.” Ia hengkang dari groupnya setelah terlibat perselisihan dengan menejer group yang ia sebut sebagai “yahudi putih”, Jerry Heller. Ia menulis lagu No Vaseline yang isinya menyerang mantan groupnya dengan lirik yang kasar:
Bust a Glock; devils get shot … when God give the word me herd like the buffalo through the neighborhood; watch me blast … I’m killing more crackers than Bosnia-Herzegovina, each and everyday … don’t bust until you see the Whites of his eyes, the Whites of his skin … Louis Farrakhan … Bloods and CRIPS, and little old me, and we all getting ready for the enemy.
Saat ini Ice Cube menjadi promotor dan produser group musik Da Lench Mob. Ia menampilkan group itu pada albumnya yang berbau rasial, AmeriKKKa’s Most Wanted. Dan berikut adalah sebagian dari lirik lagu yang dinyanyikan Da Lench Mob:
Swing by on the pale guy … break him in the neck … the guerrilla with the poison tip … shaking pinky up on a dull-ass ice-pick … this is Lench Mob … devil, what you want to do; when you see the boot, knew your head is hoohoo
Dropping verses, casting curses, throwing these hexes on the devils … respect to Farrakhan, but I’m the jungle-don, the new guerrilla, top-ranked honky killer … what do blacks do; they just keep on blowing devils away … evil f***ing cracker … I’m tightening up the laces to my steel-toed boots, so I can walk, stomp; we stomp this devil down in the park
We’re having thoughts of overthrowing the government … the brothers and sisters threw their fists in the air … it’s open season on crackers, you know; the morgue will be full of Caucasian John Doe’s … I make the Riot sh*t look like a fairy tale … oh my god, Allah, have mercy; I’m killing them devils because they’re not worthy to walk the earth with the original black man; they must be forgetting; it’s time for Armageddon, and I won’t rest until they’re all dead
The crackers ain’t sh*t; chase them out of the jungle; now raise up off the planet … we get the 12 gauge; shot to the chest … we hitting devils up … Da Lench Mob, environmental terrorist … I gripped the Glock and had to knock his head from his shoulders … I got the .30[6] on the rooftop; pop; pop; so many devils die … make sure I kill them … lynch a thousand a week if it’s necessary
Ari Emanuel tidak bermasalah dengan Ice Cube, tapi tidak demikian dengan Mel Gibson, karena ia telah membuat film The Passion… Bandingkan! Ice Cube mengekspresikan kebencian secara terbuka. Sementara Mel Gibson menyampaikannya di dalam rumahnya sendiri.
Orang-orang seperti Ari Emanuel lah yang kini menguasai Amerika. Dan siapakah sebenarnya ia? Ia adalah putra seorang anggota teroris Israel (Irgun Gang) yang bertanggungjawab atas pengeboman markas pasukan Inggris di Palestina yang menewaskan 91 orang, termasuk utusan khusus pemerintah Inggris di Palestina menjelang deklarasi pembentukan negara Israel tahun 1948. Ia saudara kandung Rahm Emmanuel yang kini menjadi kepala staff Gedung Putih, seorang dengan kewarganegaraan ganda yang pernah menjadi tentara Israel.
Ari Emanuel, sebagaimana saudara dan ayahnya adalah para penjahat tengik yang tidak pantas berada satu ruangan dengan Mel Gibson. Namun karena, sebagaimana kata Ariel Sharon: orang-orang yahudi menguasai Amerika, mereka diijinkan tinggal di Amerika dan menduduki tempat terhormat. Ayah Ari, sang teroris Irgun Gang, menjadi dokter. Dan coba tebak sebutan apa yang disematkan media massa Amerika kepada sang ibu? Mereka menyebutnya “aktifis pejuang hak-hak sipil”, “pejuang demokrasi”, “pembela hak-hak wanita” dan istilah omong kosong lainnya.
http://cahyono-adi.blogspot.com/2010/07/penyaliban-mel-gibson.html
0 comments:
Posting Komentar