"Ingin meningkatkan traffic pengunjung dan popularity web anda secara cepat dan tak terbatas...? ...Serahkan pada saya..., Saya akan melakukannya untuk anda GRATIS...! ...Klik disini-1 dan disini-2"

Selasa, 18 Agustus 2009

Mitos ASI

Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun dukungan yang diterimanya. Berikut mematahkan mitos-mitos mengenai ASI dan menyusui.

Menurut UNICEF/WHO, empat mitos yang paling sering adalah [1]:

1. Sekali menghentikan menyusui, tidak dapat menyusui lagi. Jika bayi mendapat susu formula, ibu dapat menyusui kembali setelah terhenti sementara, dengan memberikan teknik relaktasi dan dukungan yang tepat. Keadaan ini kadang-kadang sangat vital dalam kondisi darurat.
2. Stres menyebabkan ASI kering. Walaupun stres berat atau rasa takut dapat menyebabkan terhentinya aliran ASI, akan tetapi keadaan ini biasanya hanya sementara, sebagaimana reaksi fisiologis lainnya. Bukti menunjukkan bahwa menyusui dapat menghasilkan hormon yang dapat meredakan ketegangan, memberikan ketenangan kepada ibu dan bayi dan menimbulkan ikatan yang erat antara ibu dan anak.
3. Ibu dengan gizi kurang tidak mampu menyusui. Ibu menyusui harus mendapat makanan tambahan agar dapat menyusui dengan baik dan mempunyai kekuatan untuk juga merawat anaknya yang lebih besar. Jika kondisi gizi ibu sangat buruk, pemberian susu formula disertai alat bantu menyusui diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI.
4. Bayi dengan diare membutuhkan air atau teh. Berhubung ASI mengandung 90% air, maka pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan diare biasanya tidak membutuhkan cairan tambahan seperti air gula atau teh. Pada kasus diare berat, cairan oralit (yang diberikan dengan cangkir) mungkin dibutuhkan disamping ASI.

Mitos lainnya

* ASI harus dibuang dulu sebelum menyusu. Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama (basi). ASI tak pernah basi! Biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah ASI yang berwarna kekuningan dan kental; penampilannya memang seperti cairan tak segar. Padahal, ASI kekuningan tersebut yang paling baik mutunya. "Kandungan nutriennya paling tinggi dan memang diperolehnya pada tetesan ASI paling awal," jelas Eric Gultom. Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Hal ini sama sekali tak benar! "Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di dalamnya," jelasnya lagi. Perlu diingat, tak ada ibu yang mempunyai ASI seputih dan seindah penampilan susu formula. Namun begitu, kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun[2].
* Usai melahirkan, ibu harus makan ayam arak agar tubuhnya hangat dan ASI-nya banyak atau minum jamu-jamuan untuk kesegaran ibu. Hal ini justru berbahaya karena sering berpengaruh terhadap kandungan nutrien ASI dan menyebabkan bayi kuning. Kandungan dalam ayam arak -mungkin araknya- dan jamu-jamuan, menurut observasi dokter dan para bidan, seringkali berkaitan dengan timbulnya kuning pada bayi, suatu keadaan yang secara medis disebut ikterus atau hiperbilirubinemia. "Bila kadar kuningnya tinggi, dapat membahayakan bayi karena, bahan kuning ini bukan hanya akan melekat di mata maupun kulit sehingga jadi kuning, tapi juga di sel-sel otak," terang Eric[2].
* Bayi harus diberi pisang atau nasi kepal/ulek agar tak kelaparan. Salah dan berbahaya! Sistem pencernaannya belum sanggup mencerna atau menghancurkan makanan tersebut. Dengan demikian, makanan tersebut akan mengendap di lambung dan menyumbat saluran pencernaan, sehingga akhirnya bayi jadi muntah. Itulah mengapa, sebelum usia 6 bulan, bayi belum boleh diberikan makanan tambahan. Jadi, Bu-Pak, tak usah takut si kecil akan kelaparan. Toh, di usia tersebut, makanannya memang cuma ASI dan ia pun boleh menyusu ASI sepuasnya kapanpun ia menginginkannya[2].
* Bayi harus diberi susu lebih kental agar cepat gemuk. Salah! Susu yang sangat kental juga tak dapat dicerna dan menyebabkan endapan susu di lambung sehingga bayi jadi muntah[2].
* Bayi boleh diberi air tajin sebagai pengganti susu/pelarut susu. Air tajin tak dapat menggantikan susu karena kandungan nutriennya kurang; juga, tak perlu dipakai sebagai pelarut bila pengenceran susu dengan air matang sudah sesuai petunjuk pelarutan yang diberikan pada setiap kemasan susu kaleng[2].
* Susu kaleng perlu dicampur-campur (berbagai merek dagang) agar keunggulan masing-masing susu dapat dikonsumsi sekaligus oleh bayi. Jangan termakan iklan, dong! Semua keunggulan yang diiklankan tersebut tak ada yang dapat menyaingi keunggulan ASI[2].
* Susu formula lebih mencegah bayi kurang gizi dibandingkan ASI. Kekurangan gizi pada bayi bukan karena tidak minum susu formula, akan tetapi tidak diberikan ASI dan makanan pendamping secara benar. Akibat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI yang salah, maka sekitar 6,7 balita atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Sebanyak 1,5 juta di antaranya menderita gizi buruk. Dengan ASI ekslusif selama 6 bulan dan makanan pendamping yang tepat, bayi tidak saja tumbuh sehat dan cerdas tetapi juga mengalami pertumbuhan emosi dan intelektual yang prima. Selain itu, ASI juga meningkatkan emosi antara bayi dan ibu menjadi lebih erat. Hal itu disebabkan selama proses pemberian ASI terjadi kontak fisik karena bayi berada dalam pelukan ibunya[3].
* Jika bayi banyak disusui, bayi tidak mendapatkan cukup susu. Karena ASI begitu mudah dicerna, bayi yang umumnya minum ASI lebih mudah lapar dibanding bayi yang minum susu formula. Sebaiknya bayi baru lahir disusui setiap dua sampai tiga jam. [4].
* Istirahat memberi ASI membantu menjamin lebih banyak susu. Lebih banyak ASI diberikan, lebih banyak pula ASI dihasilkan. Mengistirahkan jadwal menyusui sebenarnya dapat menurunkan suplai ASI. Satu cara menjamin agar ASI tetap banyak adalah tetap memberikan ASI secara teratur. ASI sebaiknya diberikan sedikitnya 9 sampai 10 kali per hari untuk menjamin produksi ASI[4].
* Susu formula membuat bayi tidur lebih baik. Penelitian menujukan bahwa bayi yang diberikan susu formula tidak tidur lebih baik meskipun bayi mungkin tidur lebih lama. Hal ini disebabkan botol susu tidak dapat dicerna dengan cepat, hal ini memungkinkan jangkauan lebih panjang diantara menyusui sehingga bayi tidur lebih lama[4].
* Bayi sebaiknya diberi ASI melalui botol karena bayi tidak menjadi bingung dan berhenti menyusui. Bayi menghisap susu pada puting tetapi menyusui pada payudara. Perbedaan antara dua aksi ini akan membingungkan bayi. Jika anda pikir perlu menambahkan pemberian ASI (terutama jika anda memiliki rencana kembali bekerja) anda sebaiknya mengenalkan botol pada bayi antara umur dua sampai enam bulan. Gunakan botol untuk satu atau dua kali menyusui per hari. Bayi akan belajar menyesuaikan pada botol tanpa kehilangan kemampuan menyusui pada payudara. Gunakan ASI ketika mencoba botol dan peluk bayi erat ke tubuh anda untuk mengemongnya[4].
* Menyusui merubah bentuk dan ukuran payudara atau kurang sensitif. Selagi hamil ada sedikit perubahan tampilan dan rasa payudara tetapi menyusui tidak menyebabkan perubahan apapun. Kenyataanya, menyusui dapat melindungi payudara. Penelitian menujukan wanita menyusui memiliki resiko lebih kecil terkena payudara dalam hidupnya[4].
* Jangan pernah membangunkan bayi untuk minum ASI. Sebagian besar waktu bayi akan membuat anda terjaga kira-kira dua setengah sampai tiga jam. Dalam beberapa contoh bayi menyusui selama dua atau tiga jam kemudian tidur lebih lama dari biasanya. Jika bayi terbiasa tidur saat waktu menyusui, bangunkan bayi ketika waktunya makan. Ini penting bagi bayi untuk menyusui sesuai jadwal dan begitu juga anda untuk menjaga suplai ASI yang baik[4].

Referensi
1. NICEF WHO IDAI. Rekomendasi tentang Pemberian Makanan Bayi pada Situasi Darurat. 2005
2. Nakita. Aneka Kebiasaan Turun Temurun Perawatan Bayi. 2002 http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=02058&rubrik=bayi
3. Hatta, Meutia. Pidato dalam Pekan ASI Sedunia. 2005 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=118091
4. Visionnet. Kesehatan - 7 Mitos Pemberian ASI. 2004 http://www.vision.net.id/detail.php?id=2138


Diperoleh dari "http://asuh.wikia.com/wiki/Mitos_ASI"

0 comments:

Posting Komentar