Kawasan gurun, sebelumnya dianggap sebagai tempat yang hampir tidak memungkinkan untuk menumbuhkan tanaman.
Oleh Saudara Matthew Sirpis, Tasmania, Australia
(Asal dalam bahasa Inggris)
Sekilas, sungguh tidak mungkin untuk mengubah satu gurun yang paling rendah, kering, dan asin di dunia menjadi sebuah lahan yang berguna. Tetapi, Geoff Lawton, seorang warga Australia yang merupakan konsultan permakultur (pertanian ramah lingkungan), berpikir lain mengenai kawasan gurun yang kering yang terletak di perbatasan Yordania dan Israel, sekitar 400 m (1.300 kaki) di bawah permukaan laut dan hanya berjarak 2 km (1,25 mil) dari Laut Mati, danau daratan yang paling asin di atas bumi. Daratan ini adalah daratan yang paling tidak bersahabat di dunia, dengan temperatur di musim panas mencapai lebih dari 50 derajat C (122 derajat F), dan tidak terdapat air segar. Pertanian yang sudah ada pada waktu itu mencakup penanaman tumbuhan di bawah plastik dan menggunakan pupuk kimia.
Lawton ditugaskan untuk proyek ini pada bulan Agustus tahun 2000 oleh sebuah organisasi bantuan dari Jepang yang bekerja sama dengan sebuah organisasi bantuan dari Yordania. Tujuannya adalah untuk mendemonstrasikan praktik pertanian yang berkelanjutan. Lawton dan rekannya - Sindhu, merancang proyek itu, dan mengajarkan cara pertanian permakultur kepada penduduk setempat. Demi menghormati budaya umat Muslim, Sindhu mengajar kaum wanita dan Geoff mengajar kaum pria.
Pertama-tama, mereka menggali parit sepanjang 1,5 km (0,93 mil) dengan memanfaatkan struktur tanah yang ada dengan mengikuti permukaan dari bebatuan bawah tanah yang keras. Ini berguna untuk menampung air dan membuat air berhenti merembes masuk lebih dalam lagi ke dalam tanah. Mereka kemudian menutup tanggul selokan itu dengan gundukan rerumputan dan bahan-bahan tanaman yang tersisa, yang sebelumnya dibakar begitu saja sebagai sampah oleh para petani di Yordania. Di atas gundukan rerumputan mereka menanam pohon khusus padang pasir yang dapat memulihkan nitrogen, dan lebih ke bawah gundukan mereka menanam pohon buah seperti palem, ara, delima, dan sebagainya. Mereka juga mengisi parit dengan gundukan rerumputan dan bahan-bahan tanaman, dan membuat sistem irigasi tetes di bawah rerumputan untuk mengurangi penguapan air.
Yang menjadi kekaguman dari penduduk setempat dan ahli-ahli pertanian yang lain adalah perubahan yang terjadi setahap demi setahap. Dalam satu tahun, pohon ara telah mencapai ketinggian satu meter dan telah menghasilkan buah. Tidak ada seorang pun dari penduduk setempat yang dapat mempercayainya. Pohon-pohon buah yang lain juga tumbuh dengan baik; bagian dasar dari parit itu menumbuhkan jamur sebagai hasil dari kelembaban yang ada, dan tanahnya sendiri dipenuhi dengan kehidupan. Keajaiban lain yang terjadi adalah kadar garam (tingkat keasinan) dari tanah menurun dengan seketika, bahkan setelah menggunakan air asin untuk irigasinya. Pengujian pada tanah menunjukkan bahwa mikroorganisme yang tumbuh dalam kompos menciptakan sebuah bahan sejenis lilin yang mengubah garam menjadi zat yang lembam sehingga tidak merusak tanaman lagi.
Hasil dari proyek kerja ini telah menciptakan sebuah taman surga yang berkelanjutan di lokasi yang paling kering di planet ini. Pendekatan yang inovatif ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita bekerja sama dengan kehidupan di sekitar kita, dan keajaiban itu bisa terjadi kepada siapa saja yang bersedia untuk melakukan sedikit usaha. Dengan berjalan selangkah saja menuju Surga, maka Surga akan berjalan 100 langkah menuju kita.
Inilah Zaman Keemasan dan masa-masa penuh kebahagiaan akan datang kepada seluruh manusia yang menapakkan kakinya di atas planet ini, sekarang dan masa-masa yang akan datang!
Parit penampung air, bagian penting dari proyek permakultur ini.
Pohon-pohon buah dan tanaman gurun yang dapat memulihkan nitrogen ditanam di sepanjang parit yang terbuat dari gundukan rerumputan.
Pertumbuhan pohon buah yang menakjubkan setelah satu tahun.
Jamur dan mikroorganisme yang bermanfaat tumbuh di dalam parit.
Kebun permakultur dengan gundukan tanaman yang baik.
http://kontaktuhan.org/news/news173/gd_24.htm
0 comments:
Posting Komentar