Selasa, 17 November 2009
Merintis Teori Heliosentris
Merintis Teori Heliosentris Abu Said Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Jalil al-Sijzi
Oleh: Dyah Ratna Meta Novi
Al-Biruni memuji astrolabe temuan Al-Sijzi.
Menuai kesangsian. Demikian sebuah kondisi yang harus dihadapi Abu Said Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Jalil al-Sijzi, sering dipanggil Al-Sijzi, saat melontarkan penemuan dan keyakinannya mengenai teori heliosentris.
Melalui teorinya ini, Al-Sijzi yakin bahwa bumilah yang mengelilingi matahari dan matahari menjadi pusat perputaran bagi bumi dan planet lainnya. Ia harus melawan arus utama yang pada saat itu masih meyakini bahwa bumi merupakan pusat segalanya. Al-Sijzi yang lahir di di Sijistan, Persia, pada 945 Masehi ini selama hidupnya dikenal memiliki kedekatan dengan ilmuwan ternama lainnya, Al-Biruni, yang memiliki keahlian di bidang astronomi dan matematika seperti dirinya.
Salah satu hal yang bisa menunjukkan hubungan itu adalah adanya bukti tertulis yang menghubungkan keduanya. Ada surat yang dikirim Al-Biruni kepada Al-Sijzi. Surat tersebut berisi diskusi di antara keduanya mengenai astronomi dan matematika yang memang dikuasainya.
Di sisi lain, Al-Sijzi juga memiliki karib penguasa.Tak heran jika kemudian, karya dan penemuannya di bidang astronomi dan matematika didedikasikan untuk pangeran dari Balk, yang merupakan penguasa wilayah itu. Pangeran tersebut memiliki pusat kekuasaan di Khorasan.
Buah pemikiran Al-Sijzi, juga diperuntukkan bagi Adud ad-Dawlah, seorang penguasa wilayah selatan Iran dan sebagian besar Irak yang hidup antara 949 hingga 983 Masehi. Ia diyakini sebagai pelindung Al-Sijzi. Sebab, Adud ad-Dawlah dikenal sebagai seorang pemimpin yang terkenal mencintai seni dan ilmu pengetahuan. Al-Sijzi mendapatkan kemudahan dan keleluasaan dalam melakukan serangkaian penelitian pada bidang yang ditekuninya, astronomi dan matematika.
Al-Sijzi bekerja di Shiraz, melakukan penelitian di bidang astronomi selama 969 hingga 970 Masehi. Penelitiannya itu kemudian membuahkan hasil, ia mengenalkan teori heliosentris, matahari adalah pusat peredaran. Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra dalam bukunya Histografi Islam Kontemporer mengungkapkan, banyak karya tulis soal teori heliosentris yang dilekatkan pada Al-Sijzi. Sayang, tak satu pun karyanya yang bisa ditemukan.
Namun, gagasan Al-Sijzi tentang heliosentris dapat dilacak melalui kutipan pendapat-pendapatnya oleh Al-Biruni dan Abu Al-Hasan Al-Marakushi. Salah satunya, tercantum dalam karya Al-Biruni yang berjudul Isti'ab Al-Wujuh Al-Mumkina fi San'at Al-Usturlab .
Ini merupakan buku terkenal mengenai astronomi dan astrolabe, yaitu instrumen yang digunakan astronom untuk memperkirakan letak matahari, bintang, planet, dan penentuan waktu. Al-Biruni menyatakan, ia telah melihat astrolabe, yang disebut Al-Zawraqi temuan Al-Sijzi.
Astrolabe ini hanyalah satu-satunya dari barang sejenis. Benda ini tak tersusun dari bagian utara dan selatan. Al-Biruni juga sangat memuji dan menyukai astrolabe Al-Sijzi karena didasarkan pada gagasan yang mencakup beberapa aspek.
Sehingga, kata Al-Biruni dalam bukunya itu, pergerakan yang disaksikan itu disebabkan oleh bumi. Ini artinya, melalui instrumen ini, Al-Sijzi memandang pergerakan melalui gerakan bumi bukan sebaliknya dari langit. Ini menggambarkan keyakinan Al-Sijzi soal heliosentris. Dalam bukunya soal bahasan yang sama, astronomi dan astrolabe, dengan judul Jami Al-Mabadi wa Al-Ghayat , Abu Al-Hasan Al-Marakushi, menyatakan pula bahwa astrolabe Al-Sijzi berdasarkan pada pergerakan bumi mengelilingi matahari.
Menurut Al-Marakushi, Al-Sijzi melalui astrolabe temuannya, menjelaskan bahwa bumi berbentuk bulat serta berputar mengelilingi sumbunya, beserta planet lainnya beredar mengelilingi matahari. Ini membuktikan bahwa Al-Sijzi merupakan penemu teori heliosentris.
Namun saat itu, gagasan revolusioner Al-Sijzi hampir tak menuai dukungan dari ilmuwan lainnya. Menurut Al-Marakushi, gagasan Al-Sijzi bahkan mendapatkan sanggahan dari ilmuwan-ilmuwan besar lainnya, termasuk Ibnu Sina, wafat 1037 dan Fakhr Al-Din Al-Razi, wafat 1209.
Bahkan, Al-Biruni yang sering bertukar pendapat dengan Al-Sijzi tentang astronomi dan matematika, juga meragukan kebenaran teorinya itu. Sebab, kitab Al-Sijzi tentang hal itu, Miftah Ilm Al-Hay'ah dan Kitab fi Sukun Al-Ardh wa Harakatiha belum ditemukan.
Dengan demikian, orang tak begitu yakin bagaimana gagasan-gagasan Al-Sijzi secara perinci. Namun, sejumlah catatan menjelaskan, Al-Biruni dan rekan ilmuwannya yang beragama Kristen, Abu Sahl Al-Masihi, menerima teori heliosentris yang dilontarkan Al-Sijzi itu. Al-Biruni juga menyebut soal matahari dan sistem geosentris dalam buku-bukunya, yaitu Kitab Al Hind dan Al Qanun Al-Mas'udi . Ia menyatakan, lagi pula pergerakan bumi benar-benar tak merusak nilai astronomi.
Sebab, ujar Al-Biruni dalam bukunya itu, penampilan suatu karakter astronomi dapat cukup dijelaskan menurut teori ini sebagaimana juga bagi yang lain. Tetapi, terdapat alasan-alasan lain yang menjadikannya mustahil. Menurut Al-Biruni, masalah ini sangat sulit dipecahkan.
Para astronom kuno ataupun pada masa Al-Sijzi, juga telah mempelajari masalah ini. Bahkan, Al-Biruni telah memberikan penjelasan soal itu dalam karyanya, Miftah Ilm Al Hay'ah (Kunci Ilmu Astronomi), namun belum mampu memecahkan masalah tersebut.
Al-Sijzi Pun Andal di Bidang Matematika
Al-Sijzi tak hanya terkenal dengan temuan dalam bidang astronomi. Tapi, ia juga merupakan salah satu ahli matematika ternanama. Saat bekerja di Shiraz, Al-Sijzi tidak hanya menghabiskan waktu untuk memperdalam ilmu astronomi.
Di sana, Al-Sijzi juga banyak menuliskan karya-karya matematika. Selain menuliskan buah pemikiran sendiri, ia juga menyalin karya ilmuwan lainnya. Misalnya, ia menyalin karya Tsabit bin Qurra yang berupa risalah segi empat lengkap. Menurut laman Muslimheritage , Al-Sijzi dikenal dengan pemecahannya mengenai masalah-masalah geometri. Ia bahkan menuliskan risalah terkait masalah tersebut. Sejumlah catatan mengungkapkan, ada sekitar 20-an risalah yang ditulis Al-Sijzi tentang matematika.
Di antara risalah yang terkenal adalah Introduction to Geometry dan The Book on Makinh Easy the Ways of Deriving Geometrical Figures, tentang irisan lingkaran dan kurva, parabola, ataupun hiperbola.
Al-Sijzi juga mengganti teori persimpangan gerak sebuah sudut dengan menggunakan pemecahan geometri. Dalam sebuah risalahnya mengenai lingkaran, dia menuliskan tentang pengukuran lingkaran. Di sisi lain, dalam risalahnya itu, ia menuangkan 12 teorema.
Teorema tersebut menguraikan penyelidikannya tentang lingkaran. Termasuk, sebuah lingkaran besar yang berisi satu hingga tiga lingkaran kecil. Hasil karyanya itu membuat ia menjadi salah satu ahli matematika ternama di dunia Islam dan wilayah lainnya. Al-Sijzi mengungkapkan ide-ide seperti itu pada sekitar 969 Masehi, saat itu ia masih tergolong berusia sangat muda. meta ed:ferry
http://republika.co.id/koran/36
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar