Sabtu, 01 Mei 2010
Ibnu Juljul Menjadi Rujukan Pengobatan Herbal
Abu Da'ud Sulayman bin Hassan atau yang dikenal dengan panggilan Ibn Juljul lahir di Cordoba, Spanyol pada tahun 944. Sejak kecil dia sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan dan banyak menghabiskan waktu untuk belajar.
Pada usia 10 tahun, dia sudah belajar tentang tata bahasa dan tradisi masyarakatnya. Lalu pada usia 15 tahun, dia mulai mempelajari ilmu kedokteran. Padahal pada zaman modern ini, ilmu kedokteran baru dipelajari di bangku kuliah.
Pengalaman memelajari ilmu kedokteran pada usia sangat dini, membuat Ibn Juljul, pada usia yang relatif muda sudah sangat terampil dalam ilmu kedokteran dan pengunaan obat-obatan herbal. Menurut catatan sejarah yang dikutip Muslimheritage.com , dia pernah bekerja sebagai dokter pribadi Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang Kalifah yang berkuasa pada tahun 977-1009 Masehi. Selama masa pemerintahan Kalifah Al-Mu'ayyad, Ibn Juljul banyak menghabiskan waktu untuk mempraktekkan keahlian medisnya dan menulis karya-karya medis.
Ketertarikan Ibn Juljul dengan obat-obatan terutama herbal sebagai obat alami yang banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan luar biasa besar. Selain mempelajari pengobatan herbal, dia juga mempelajari farmasi.
Saat mempelajari pengobatan dia banyak berbagi dan berlatih dengan Albucasis atau Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Albucasis sendiri merupakan seorang dokter bedah di Cordoba, Spanyol yang menemukan penyakit hemofilia di mana bila penderita mengalami luka, darahnya sulit membeku dan terus mengalir. Albucasis juga menuliskan buku yang sangat populer di dunia kedokteran berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan).
Baik Ibn Juljul dan Albucasis bekerja dan menulis selama hari-hari terakhir masa kekalifahan di Andalusia ( Spanyol). Menurut catatan seorang ahli sejarah kedokteran yang terkenal di Bagdad yakni Bin Abi Usaybi'a, Ibn Juljul menulis sebuah buku sejarah pengobatan yang berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama.
Menurut Bin Abi, buku tersebut telah diedit beberapa kali. Buku tersebut dimulai dengan tulisan riwayat ayah Ibn Juljul yang juga ahli obat-obatan. Setelah itu dilanjutkan uraian tentang para ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di Andalusia.
Dia juga menuliskan tentang banyaknya hubungan maupun komunikasi yang baik antara kekalifahan Timur dan Andalusia. Selain itu dia juga menceritakan tentang banyaknya para mahasiswa yang melakukan perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan dan melakukan banyak pelatihan.
Ibn Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi dan ahli botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh wilayah Romawi dan Yunani. Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul De Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis).
Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah. Dalam karyanya itu dia menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan tersebut bagi organ tubuh tertentu.
Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 jenis, berasal dari India atau tempat-tempat yang ia singgahi dalam perjalanannya melalui rute perdagangan India, 2 dari Yaman, 2 dari Mesir , 1 dari Ceylan, 1 dari Khwarizm, 2 dari kota yang dekat dengan Cordoba. Dalam Maqalah, Ibn Juljul kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan tersebut.
Ibn Juljul juga pernah membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih.
Tak hanya itu, dia juga pernah membahas Ribas. Dia menuturkan bahwa menurut salah seorang pedagang kepercayaannya, ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas dengan akar sangat masam dapat diperoleh di pegunungan yang tertutup dengan salju. Meskipun daftar pengobatan Ibn Juljul memiliki cerita yang eksotis, namun semuanya mengandung elemen medis.
Rupanya karya herbal Ibn Juljul banyak dipelajari oleh para ilmuwan lain. Beberapa ilmuwan lain yang mempelajari metode pengobatan Ibn Juljul diantaranya seorang ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Dia mengoleksi beragam jenis tumbuh-tumbuhan yang diperolehnya baik dari wilayah Spanyol maupun Afrika. Selain itu, dia juga membuat catatan yang menggambarkan secara detil tentang jenis-jenis tumbuhan dikoleksinya itu. Bahkan seorang ahli sejarah dari Barat yang bernama George Sarton mengatakan, Al Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.
Deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya yang paling membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Pasalnya karya fenomenal Al-Ghafiqi yang judulnya Al-Adwiyah al-Mufradah memberikan inspirasi kepada Ibnu Baytar untuk meneliti tumbuh-tumbuhan dengan cara sederhana seperti yang dilakukan Al-Ghafiqi.
Abdullah Ibnu Ahmad Ibnu Al-Baitar, salah satu ahli Botani sekaligus ahli obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan, juga mengutip empat belas obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal Al-Baitar pun merupakan ahli botani hebat. Dia mengoleksi dan mencatat 1.400 jenis tanaman obat yang diperolehnya saat menjelajahi daerah pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah.
Para ahli botani dan medis berjumlah banyak yang mengutip karya Ibnu Juljul menunjukkan bahwa karya Ibn Juljul tentang pengobatan herbal teruji oleh waktu. Selain teruji, karya-karya ia sangat berguna dan bernilai bagi para cendekiawan dan praktisi herbalis baik di wilayahnya sendiri, Andalusia maupun di luar negeri seperti di Maroko
Ibn Juljul menggunakan dan menghormati karya-karya herbal kuno dari Yunani. Namun dia membuat pengembangannya sendiri, bahkan yang sebelumnya tidak pernah ada di Yunani. Kontribusi terhadap dunia medis sangat berharga bagi penggunaan tanaman obat selanjutnya, bahkan di dunia modern ini.
Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana.
Bergelut dengan ilmu, bukan hal yang asing bagi Abu Da'ud Sulayman bin Hassan, yang akrab dipanggil Ibnu Juljul. Sejak usia dini, ia telah akrab dengan beragam bacaan dan ilmu pengetahuan. Hingga kemudian, ia dikenal di bidang medis dan pengobatan herbal.
Bahkan, karya-karya Ibnu Juljul dalam pengobatan herbal, menjadi rujukan banyak ilmuwan lainnya. Ia memang tak hanya mumpuni dalam praktik pengobatan herbal. Namun, ia pun rajin menggerakkan penanya untuk menuangkan buah pemikirannya. Ibnu Juljul, lahir di Kordoba, Spanyol, pada 994. Sejak masa kanak-kanak, ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan telah tertanam dalam dirinya. Ia banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Saat berusia 10 tahun, ia telah belajar tata bahasa dan tradisi masyarakatnya.
Ketika usia Ibnu Juljul beranjak 15 tahun, ia mulai bersentuhan dengan ilmu kedokteran. Padahal, pada masa sekarang, ilmu kedokteran baru dipelajari secara mendalam di bangku kuliah. Tak heran, jika di usianya yang masih belia, ia menguasai ilmu kedokteran.
Di sisi lain, Ibnu Juljul juga terampil dalam pengobatan herbal. Dan rupanya, ia memang sejak semula juga sangat tertarik dengan obat-obatan, terutama yang berhubungan dengan herbal, obat alami yang banyak diekstrak dari tumbuh-tumbuhan. Ia juga mendalami farmasi.
Kemahirannya di bidang pengobatan mengantarnya memasuki gerbang istana. Menurut situs Muslimheritage, Ibnu Juljul pernah bekerja sebagai dokter pribadi Al-Mu'ayyad Billah Hisyam, seorang khalifah yang berkuasa pada 977 hingga 1009.
Selain mempraktikkan keahlian medisnya, Ibnu Juljul juga banyak menuliskan karya-karya di bidang medis. Tak hanya itu, upaya mendalami ilmu pengobatan terus ia lakukan. Dalam hal ini, ia banyak berbagi pandangan dan berlatih dengan Albucasis.
Albucasis merupakan nama tenar Abu al-Qasim Khalaf bin Abbas Al-Zahrawi. Saat itu, Albucasis adalah dokter bedah ternama di Kordoba. Ia menemukan penyakit hemofilia, di mana penderitanya, jika luka darahnya akan terus mengalir dan sulit membeku.
Dalam kariernya sebagai dokter, Albucasis menulis buku yang sangat terkenal berjudul At-Tasrif liman 'Ajiza 'an at-Ta'lif (Metode Pengobatan). Ibnu Juljul dan Abulcasis tak hanya berbagi pandangan, tetapi juga bersama-sama menuliskan pemikirannya di bidang medis.
Mereka bersama-sama menulis saat masa-masa terakhir kekhalifahan di Andalusia, Spanyol. Di sisi lain, Ibnu Juljul juga menghasilkan karyanya sendiri. Sejarawan terkenal dari Baghdad, Irak, Bin Abi Usaybi'a, menyatakan, Ibnu Juljul menulis buku sejarah pengobatan. Buku itu berjudul Atibba'wa'l Tabaqat al-Hukama . Buku tersebut telah beberapa kali diedit.
Ibnu Juljul mengawali tulisan dalam bukunya itu dengan menguraikan tentang riwayat ayahnya yang juga ahli obat-obatan. Pada bab-bab selanjutnya, ia menuliskan para ahli obat-obatan yang sangat terkenal sebagai para pendahulunya di Andalusia.
Selain itu, Ibnu Juljul mengungkapkan soal hubungan dan komunikasi yang terjalin antara kekhalifahan di Timur dan Andalusia. Ia pun mengisahkan bagaimana banyaknya para mahasiswa menempuh perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencari ilmu pengetahuan.
Ibnu Juljul mempelajari ilmu pengobatan herbal yang dilakukan oleh Pedanius Dioscorides, seorang dokter Yunani kuno, ahli farmasi, dan ahli botani. Dioscorides sering bepergian guna mencari bahan-bahan jamu dari seluruh wilayah Romawi dan Yunani.
Dia juga menulis lima jilid buku dalam bahasa Yunani asli. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul De Materia Medica (Masalah-masalah yang berhubungan dengan medis). Berdasarkan ajaran dalam buku milik Dioscorides, Ibn Juljul membuat sebuah karya berjudul Maqalah .
Dalam karyanya itu, Ibnu Juljul menuliskan berbagai macam tumbuhan yang penting bagi obat-obatan, termasuk sifat tumbuh-tumbuhan tersebut. Lalu, dia juga menuliskan efek dari penggunaan tumbuh-tumbuhan itu bagi organ tubuh tertentu.
Tumbuh-tumbuhan untuk herbal yang ditulisnya sebanyak 28 jenis berasal dari India atau yang perjalanannya melalui rute perdagangan India, dua dari Yaman, dua dari Mesir, satu dari Ceylan, satu dari Khwarizm, dan dua dari kota yang dekat dengan Kordoba. Dalam bukunya itu, Ibnu Juljul kadang-kadang menuliskan nama orang yang pertama kali menggunakan tumbuhan tersebut untuk pengobatan atau orang yang menceritakan fungsi dan efek penggunaan tumbuhan pada tubuh manusia.
Ibnu Juljul, juga membahas tentang batu Bezoar yang dapat digunakan untuk melawan semua racun. Batu tersebut memiliki warna yang kekuning-kuningan dengan garis-garis putih. Selain itu, dia juga pernah membahas soal Ribas. Mengutip pedagang kepercayaannya, Ibnu Juljul mengungkapkan, Ribas merupakan sejenis sayuran yang rasanya masam. Ribas bisa didapatkan di pegunungan yang tertutup salju. Apa yang diungkapkan dalam bukunya sarat dengan pengalaman dan pengetahuan Ibnu Juljul di bidang medis.
Banyak dipelajari
Karya Ibnu Juljul tentang pengobatan herbal, dipelajari pula oleh banyak ilmuwan lainnya. Di antara ilmuwan yang mempelajari karya Ibnu Juljul, adalah ahli botani yang bernama Al-Ghafiqi. Ia mengoleksi beragam jenis tumbuhan dari Spanyol maupun Afrika. Selain itu, Al-Ghafiqi juga membuat catatan yang menggambarkan secara rinci tentang jenis-jenis tumbuhan yang dikoleksinya itu. Bahkan, seorang ahli sejarah dari Barat, George Sarton, mengatakan, Al-Ghafiqi merupakan ahli botani paling cerdas pada masanya.
Sejumlah kalangan mengatakan, deskripsi tentang tumbuh-tumbuhan yang dibuat Al-Ghafiqi diakui sebagai karya paling membanggakan yang pernah dibuat seorang Muslim. Karya fenomenal Al-Ghafiqi berjudul Al-Adwiyah al-Mufradah. Buku milik Al-Ghafiqi, menginspirasi Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Al-Baitar atau Ibnu Baitar, untuk meneliti tumbuh-tumbuhan. Ia juga dikenal sebagai salah satu ahli botani sekaligus obat-obatan di Spanyol pada abad pertengahan.
Selain terinsipirasi Al-Ghafiqi, Ibnu Baitar juga mengutip empat belas tulisan tentang obat-obatan herbal milik Ibn Juljul. Padahal, Al-Baitar merupakan ahli botani yang hebat. Terbukti, ia mengoleksi dan mencatat 1.400 jenis tanaman obat.
Catatan dan koleksi tersebut, Ibnu Baitar peroleh saat ia menjelajahi pesisir Mediteranian dari Spanyol ke Suriah. Salah satu karya Al-Baitar yang paling termasyhur berjudul Al-Mughani-fi al Adwiyah al Mufradah. Dari banyaknya para ahli botani dan medis yang mengutip karya Ibnu Juljul, menunjukkan bahwa karyanya di bidang pengobatan herbal merupakan karya hebat dan teruji. Karya Ibnu Juljul dianggap sebagai karya yang memiliki nilai tinggi.
Bahkan, karya Ibnu Juljul tak hanya menjadi rujukan ilmuwan di wilayah Andalusia, namun juga oleh ilmuwan luar negeri seperti Maroko. Kontribusi Ibnu Juljul di dunia medis, sangat berharga bagi penggunaan tanaman untuk obat, bahkan di dunia modern.
Dunia Islam dan Tumbuhan
Ajaran agama untuk menggali ilmu pengetahuan telah mendorong Muslim untuk mengenal banyak ilmu. Segala upaya mereka kerahkan untuk menekuni sebuah, bahkan beragam ilmu. Termasuk, ilmu pengobatan yang menggunakan tumbuhan.
Ketertarikan pada tumbuhan tak hanya melahirkan ahli pengobatan herbal. Namun, juga melahirkan perkembangan menakjubkan di bidang pertanian. Termasuk, teknik baru dalam mengembangkan tanaman, bahkan pembangunan bendungan dan irigasi.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan ilmuwan Muslim soal tanaman ini, kemudian lahirlah ilmu tentang pengobatan herbal. Dalam banyak literatur Islam di abad pertengahan, kehidupan tumbuh-tumbuhan erat kaitannya dengan ilmu kedokteran dan agronomi.
Sejak Al-Asma'i yang hidup pada 740 hingga 828, seorang ilmuwan terkenal pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid menuliskan Kitab al-Nabat wa-'l-Shajar, ilmuwan Muslim tak lagi merasa ragu untuk menggunakan istilah botani.
Bahkan kemudian, para filolog Muslim menggambarkan tanaman secara sistematis. Beragam jenis tumbuhan digolongkan menurut jenisnya. Ada tanaman masuk dalam golongan pohon, bunga, sayur-sayuran, dan semak-semak. Pohon juga dibagi menurut kualitas yang dapat dimakan dari kulit dan biji buah-buahan pohon tersebut.
http://ristu-hasriandi.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar